Rupiah Diperkirakan Melemah, Ini Penyebabnya

Rabu 05-01-2022,10:37 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA – Bank sentral Amerika, Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2022. Kurs rupiah terhadap dolar AS pun diperkirakan mengalami koreksi hari ini.

Mengutip data Bloomberg, Rabu, 5 Januari 2022 pukul 09.13 WIB, kurs rupiah tengah diperdagangkan pada level Rp14.364 per dolar AS. Posisi tersebut menunjukkan pelemahan 51 poin atau 0,36 persen apabila dibandingkan dengan posisi penutupan pasar spot pada Selasa sore kemarin, di level Rp14.313 per dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi melemah karena pasar masih mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS tahun 2022 ini.

“Sebelumnya besar kemungkinan the Fed akan menaikan suku bunga acuannya di Juni. Tapi perkembangan inflasi yang masih tinggi di AS mendorong pelaku pasar berekspektasi the Fed sudah akan mulai menaikkan suku bunga di bulan Maret 2022,” kata Ariston dalam keterangan tertulis, Rabu pagi.

Selain itu, dari dalam negeri, pelaku pasar juga masih mewaspadai perkembangan kasus covid-19 terutama varian Omicron yang sudah mulai meningkat.

“Nilai tukar rupiah kemungkinan bergerak melemah ke kisaran Rp14.350 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp14.280 per dolar AS,” tutup Ariston.

Sebagaimana diketahui, The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga pertamanya dalam tiga tahun terakhir. Kabarnya, kebijakan ini bakal diambil kurang dari dua bulan lagi.

Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar saat ini melihat probabilitas sebesar 61 persen The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25 persen – 0,5 persen pada Maret 2022 dan akan menaikan lagi sebanyak dua kali pada akhir tahun 2022.

Sedang kenaikan berikutnya adalah ketika The Fed bisa melihat beberapa pukulan balik.

The Fed menaikkan suku bunga sebagai tanggapan terhadap melonjaknya inflasi di AS yang berjalan pada tingkat tercepat dalam hampir 40 tahun.

Ketua The Fed, Jerome Powell dan para koleganya pada tahun 2021 bersikeras bahwa kenaikan harga hanya bersifat sementara. Tetapi nyatanya, mereka mengakui bahwa melonjaknya inflasi tidak hanya terjadi sementara. (git/fin)

Tags :
Kategori :

Terkait