Belum lagi, akan ada risiko peningkatan harga kebutuhan pokok, seperti pangan yang dipengaruhi oleh pasokan pangan karena adanya La Nina dan peningkatan permintaan menjelang Ramadan 2022.
Dampak ini belum termasuk ada risiko terkait dengan imported inflation, seiring dengan gonjang-ganjing nilai tukar rupiah karena normalisasi kebijakan moneter bank-bank sentral dunia.
Imbas peningkatan inflasi ini kemudian dirasakan oleh rumah tangga, terutama kelompok menengah bawah. Terjadi kecenderungan rumah tangga kemudian mengurangi pengeluaran sekundernya, sebagai dampak dari kenaikan harga energi dan kenaikan harga kebutuhan pokok.
Mengurangi pengeluaran sekunder berarti mengorbankan kesejahteraan, mendorong masyarakat dekat pada kemiskinan. Ini sebuah realitas ekonomi yang getir, terlebih kegetiran itu dimulai dengan ucapan Selamat Tahun Baru 2022 ditengah kenaikan harga energi BBM, LPG dan Listrik.***Pengamat***