JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI – Dinas Pendidikan Provinsi Jambi bereaksi, terkait pemukulan salah satu siswa di SMA Titian Teras Abdurrahman Sayoeti, beberapa waktu lalu. Dalam waktu dekat, guru dan kepala sekolah bakal dipanggil.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jambi Varial Adhi Putra mengatakan, kekerasan yang dilakukan antar siswa di dalam boarding school atau sebutan untuk sistem sekolah dengan asrama, tengah didalami. “Untuk menjelaskan kronologisnya seperti apa,” kata dia, Senin (6/12).
Kata dia, aksi kekerasan yang dilakukan di dalam lingkungan sekolah ini sudah terjadi sekira satu bulan yang lalu. Dia pun baru mendapat laporan dari orangtua yang bersangkutan atau orang tua korban. “Memang banyak sekali pemberitaan tentang ini. Saya baru tahu, kalau ada kasus ini,” tambahnya.
Nantinya, setelah mengambil keterangan dari pihak kepala sekolah dan guru, serta mengetahui kronologis sebenarnya, dirinya akan memberikan sanksi yang sesuai. “Bisa saja kepala sekolahnya disanksi, tapi kita melihat tingkat kesalahannya seperti apa,” sebutnya.
Varial menyebutkan, memang untuk saat ini kondisi korban yang merupakan siswa di SMA TT tersebut dalam keadaan sehat. “Sanksinya disesuaikan dengan hasil analisis kita bagaimana, baru kita tetapkan hukuman seperti apa,” ungkapnya.
Mengantisipasi hal serupa terjadi di boarding school ini, Varial mengatakan akan menguatkan kembali peran dari pamong asrama di SMA TT. “Sekolah ini kan sekolah boarding, anak-anak tinggal di sana, dan peran pamong juga harus lebih kuat. Terutama untuk mengatur dan mengedukasi anak-anak agar tak terjadi lagi perkelahian seperti ini,” tandasnya.
Diketahui sebelumnya, M Raffi Diananta siswa SMA TT harus mengalami luka jahit di wajahnya. Sedikitnya ada 9 jahitan akibat dipukul teman sendiri. Untuk yang di jahit tersebut ada di bagian pelipis sebanyak 7 jahitan dan dagu sebanyak 2 jahitan. Kejadian ini terjadi pada satu bulan lalu, pada 4 November lalu.
Ibu dari Raffi, Rezni Dinanti (37) warga Tugu PKK, Thehok Kota Jambi, amat menyayangkan kejadian itu, pasalnya dia menilai sekolah menutupi peristiwa yang menimpa anaknya tersebut.
“Saya tidak diberi tahu pihak sekolah, malah saya tahu dari group whatsaap orangtua siswa,” kata dia, saat dihubungi melalui via telpon, Jumat (3/12) lalu. Kata dia, kejadian tersebut dialami anaknya ketika di lab komputer sekitar pukul 20.00 – 21.00. (slt/rib)