JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI – Pada 15-20 November 2021 lalu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ), menggelar Temu Teater se-Sumatera 2021.
Pantauan di lapangan, di tengah masa pandemi Covid-19, kegiatan ini memberlakukan protokol kesehatan (prokes) ketat. “Kami menginginkan kehadiran seluruh provinsi di Sumatera, tapi kami masih harus banyak menimbang, karena belum berakhirnya pandemi covid-19,” kata Hendry Nursal, Ketua Pelaksana Temu Teater Se-Sumatera 2021, di Sekretariat Pelaku Teater Indonesia (PTI) Korda provinsi Jambi.
Kata dia, mereka terpaksa membatasi peserta dari luar provinsi Jambi. Peserta yang hadir, diwajibkan telah vaksinasi minimal dosis pertama. Selain itu, disusun sedemikian rupa jadwal pergelaran sehingga tidak menyentuh pukul 22.00.
“Pergelaran berlangsung dua peserta setiap harinya, yaitu pada pukul 15.30 dan 19.30 di gedung Teater Arena Taman Budaya Jambi. Tak lebih 60 menit, sehingga tidak melewati pukul 22.00. Memiliki jarak waktu lumayan jauh dari pergelaran pertama dengan kedua, sehingga ada jeda sterilisasi gedung. Bahkan sebelum peserta sampai di kota Jambi, kami telah menetapkan peserta wajib vaksinasi minimal dosis pertama,” kata dia.
Penonton pun ikut dibatasi. Mulai dari masker, jaga jarak bahkan batasan kapasitas gedung yang tak ada toleransi. “Tidak ada toleransi, tanpa masker kami tolak memasuki gedung. Sulit diatur saat di dalam gedung untuk menjaga jarak, maka kami arahkan untuk meninggalkan gedung. Kami terpaksa melakukan itu, demi menjaga kelangsungan acara,” tegasnya.
Sebagai ketua pelaksana, pria yang juga Ketua Pelaku Teater Indonesia (PTI) Korda Provinsi Jambi ini mengatakan, pada saat gedung telah mencukupi kapasitas maka pintu dikunci. “Rekan-rekan di bawah arahan Husni Thamrin dan Raja Rizki Maylando melakukannya dengan sangat tertib dan disiplin. Walaupun secara tidak langsung kami berupaya agar tidak ada yang merasa tersakiti, tapi kami tidak ada pilihan lain. Jika tidak dikunci, penonton terus berdatangan,” kata dia.
Panitia telah melakukan berbagai strategi agar dapat memenuhi aturan prokes dengan baik, seperti pintu gedung arena hanya dibuka 15 menit saja, maka bagi yang terlambat tak bisa lagi menonton pergelaran.
“Ada juga yang memberikan saran, mengapa tidak didirikan saja layar di luar gedung sehingga penonton yang bisa masuk dapat menyaksikan. Bagi saya itu malah lebih berisiko dan lebih tidak terkontrol secara prokes,” kata dia.
Dia juga member apresiasi setinggi-tingginya kepada komunitas teater, komunitas seni, pelajar, mahasiswa dan semua pihak yang memberikan respon luar biasa terhadap kegiatan ini. “Tidak ada sedikitpun niat kami menolak, keras dan tegas penerapan prokes karena kami sedang berupaya terbaik agar berjalan sebagaimana mestinya,” kata dia. (rib)