Bersama Bamsoet, Dirut PT Dwimitra Pasifik Internasional Bertemu dengan Panglima TNI Andika Perkasa

Senin 06-06-2022,17:09 WIB
Editor : Risza Saputra

Sebagai gambaran kata Guntur, Turkish Aerospace Industry, sebagai perusahaan swasta yang bergerak di industri pertahanan Turki, sepanjang tahun 2020 sudah mengeluarkan sekitar USD 402 juta atau sekitar Rp 5,63 triliun untuk pengembangan research and development.

“Besarnya anggaran tersebut mampu dipenuhi sendiri oleh keuangan perusahaan, sehingga tak mengganggu keuangan negara. Hasilnya, Turki kini bisa mengurangi sekitar 70 persen ketergantungan impor Alutsista. Berbagai perusahaan swasta Turki yang bergerak di bidang pertahanan juga telah mampu menembus 100 besar perusahaan dunia," tandas Guntur Muchtar.

BACA JUGA:Protes Angkutan Batu Bara Melintas Sebelum Jam Operasional, Warga Sridadi Blokir Jalan

BACA JUGA:Lionel Messi Ukir Sejarah Baru, Cetak Quintrick dalam Satu Laga

Guntur menjelaskan, industri pertahanan memiliki peran dan potensi yang besar dalam menopang perekonomian nasional. Sebagai gambaran, dari laporan Global Firepower 2019, diprediksi sepanjang tahun 2019 lalu, Indonesia telah mengeluarkan USD 6,9 miliar atau setara Rp 98 triliun untuk anggaran belanja militer. Nilai tersebut masih lebih kecil dibandingkan Singapura yang memiliki anggaran belanja militer mencapai USD 9,7 miliar atau sekitar Rp 135 triliun.

"Kementerian Pertahanan juga memproyeksikan, sepanjang tahun 2020-2040, Indonesia membutuhkan sekitar Rp 1.700 triliun untuk Pemenuhan Alpalhankam. Jumlah tersebut sangat realistis, mengingat saat ini saja, TNI sedang memasuki tahap ketiga (2020-2024) penyelesaian Minimum Essential Force (MEF). Hingga tahun ini, MEF yang tercapai baru sekitar 60 persen," jelas Guntur Muchtar.

Guntur Muchtar memaparkan, pada tahun 2024 nanti, jumlah kekuatan Alutsista MEF masing-masing matra TNI ditargetkan harus sudah bisa terpenuhi. Antara lain, Matra Darat dengan 723.564 senjata ringan, 1.354 meriam/roket/rudal, 3.738 kendaraan tempur, dan 224 pesawat terbang. Marta Laut dengan 182 unit KRI, 8 kapal selam, 100 pesawat udara, dan 978 kendaraan tempur marinir. Sedangkan Matra Udara dengan 344 pesawat, 32 radar, 72 peluru kendali, dan 64 penangkis serangan udara.

"Dengan SDM yang handal dan didukung kesiapan teknologi produksi mumpuni, pelaku usaha swasta dalam negeri bersama BUMN yang bergerak di Industri Pertahanan sangat mampu memenuhi 50 persen lebih kebutuhan berbagai Alutsista tersebut. Dengan berkembangnya industri pertahanan nasional, secara otomatis lapangan pekerjaan bagi anak bangsa juga akan terbuka lebar. Sekaligus meneguhkan posisi Indonesia sebagai negara yang berdaulat," pungkas Guntur. (*/rib)

Kategori :