“Melawan tekanan geopolitik yang berkembang dari 'kolektif Barat', satu-satunya cara untuk menjamin hubungan perdagangan, ekonomi, dan investasi yang stabil antara Rusia dengan mitranya adalah menghindari penggunaan mata uang yang telah menjadi toxic, terutama dolar AS dan euro,” tambahnya.
BACA JUGA:Ini Sebabnya Atta Halilintar Dilarikan ke Rumah Sakit
BACA JUGA:Waduh....Ini Bocoran Kenaikan BBM Dari Luhut Binsar
“Untuk itu Rusia akan beralih menggunakan mata uang lainya yang dapat diterima oleh berbagai negara terutama dalam mata uang nasional," kata Pankin.
"Sangat jelas bahwa dalam kondisi saat ini Barat bermaksud untuk terus menyalahgunakan posisi istimewanya," lanjut Pankin.
“Sangat menggembirakan untuk melihat bahwa banyak negara, memandang bahwa sanksi yang diterapkan kepada Rusia tidak sah,” paparnya.
Untuk itu kita harus berpikir tentang perlunya de-dolarisasi dalam kegiatan ekonomi asing untuk memastikan kedaulatan mereka. Ternyata, jika ada kemauan politik, masalahnya besar dapat dipecahkan,” tambahnya.
BACA JUGA:Anak Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Mulai Dibully
BACA JUGA:Koreografer Belanda Arno Schuitemaker Pukau Penikmat Seni di Jambi 'If You Could See Me Now'
Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin menolak pembayaran menggunakan mata uang dolar Amerika atau euro untuk penjualan gas Alamnya yang dipasok ke negara-negara yang tidak bersahabat, termasuk anggota Uni Eropa (UE) dan Amerika.