Aktor merupakan mesin penggerak dari sebuah pertunjukan sehingga seorang aktor tak hanya sebatas membacakan dialog, tidak sekedar melucu saat tuntunan naskah menulis adegan komedi atau lucu.
Aktor tidak boleh berpura-pura dan hanya mendemonstrasikan emosi psikologis yang palsu diatas panggung sehingga ketika berperan sebagai dukun dalam lakon “Ngabit Ujan”, aktor tidak hanya membuat penonton TAHU bahwa ia berakting sebagai dukun tetapi YAKIN bahwa ia benar-benar seorang dukun (knowing and believing).
Semua ilmu keaktoran tersebut dapat dipelajari dan penting untuk dicatat bahwa seorang aktor saat berada dipanggung harus bermain sewajarnya dan tidak berlebihan, kecuali memang menjadi tuntutan naskah.
Bermain sewajarnya berarti seorang aktor memainkan sebuah karakter dalam lakon secara intuitif, menggunakan rasa, psikologi dan emosi secara kontinyu, memakai ‘rangsangan’ dari aktor atau pendukung pertunjukan lainnya secara santai dan tepat, serta menyajikannya melalui sikap, ekspresi, laku, gerak, dan vokal tanpa kehilangan kesadaran ruang pun waktu.
BACA JUGA:Menko Airlangga Ajak ASEAN Bersatu Hadapi Ancaman Krisis Dunia
BACA JUGA:Selama Agustus, Ditresnarkoba Polda Jambi Ungkap 10 Kasus Peredaran Narkotika
Aktor dituntut mampu menciptakan kebenaran peran, dan mengutip pernyataan Peter Brook, berakting dari seribu ‘kesalahan’ dan hanya satu saja ‘kebenaran’ hanya tercipta bila melakukan proses secara terus-menerus.
- Penataan dengan sungguh-sungguh
Penataan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar semua pertunjukan yang dihadirkan dapat menjadi tidak sekedar indah namun juga ‘memperkuat dan berbunyi’.
Penataan artistik merupakan bagian tim produksi yang didalamnya terdapat beberapa divisi diantaranya set studio (set panggung), music ambience (musik dan bebunyian pendukung), wardrobe (busana), make up (rias wajah) dan property (perlengkapan). Setiap divisi memiliki tanggung jawab yang berbeda namun bersifat satu kesatuan untuk mendukung kelancaran pertunjukan.
Untuk kebutuhan pertunjukan, maka penataan artistik harus membuat konsep artistik dan daftar apa saja yang diperlukan. Mulai dari setting dekorasi panggung, properti yang akan digunakan, rias wajah para aktor, busana yang akan dikenakan, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Tolak Kenaikan BBM, Aliansi PMII Universitas Jambi Geruduk DPRD Provinsi Jambi
BACA JUGA:Edarkan Sabu, Warga Paal V Kota Jambi Diringkus Polisi
Semuanya harus dicatat dan didiskusikan bersama pimpinan produksi serta sutradara. Penting untuk diingat supaya tak memakai properti artistik yang tak digunakan diatas panggung serta semata-mata menjadi pemanis tanpa dipakai ataupun dieksplor oleh para aktor.
Set studio (set panggung) dibuat menekankan penggambaran 1) suasana atau keadaan peristiwa lakon, 2) dimana peristiwa lakon terjadi, 3) kapan terjadinya peristiwa lakon tersebut terjadi, 4) efektifitas dan fleksibilitas perubahan suasana dan peristiwa lakon.
Kebutuhan set panggung harus dicatat secara detail karena ini berkaitan dengan biaya produksi. Seorang penata artistik harusnya secara cerdik mampu mensiasati set panggung sesuai dengan keinginan sutradara dengan ketersediaan biaya (jikalau ada) serta memanfaatkan barang atau benda yang ada di sekeliling panggung untuk meminimalisir pengeluaran produksi.
Music ambience juga harus diperhatikan dengan seksama dengan penekanan,
1) jenis bebunyi apakah elektro atau akustik