JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Inflasi pada triwulan III tahun 2022 diprediksi dibawah 4 persen.
Hal ini berdasarkan hitungan dan proyeksi Bank Indonesia.
Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui di sela-sela pertemuan IMF-WB di Washington DC, AS, Rabu waktu setempat mengatakan bahwa sejalan dengan sasaran tiga persen plus minus satu persen tahun depan.
"Kami perkirakan pada triwulan III tahun depan bisa sekitar 3,6 persen dan tiga persen pada triwulan IV," kata
BACA JUGA:Ditetapkan Tersangka, Rizky Billar Menginap di Polres Metro Jakarta Selatan
BACA JUGA:Menyongsong Era Society 5.0 Melalui Kurikulum Merdeka Belajar
Perry Warjiyo yakin pencapaian sasaran inflasi tersebut bisa tercapai melalui sinergi berkelanjutan dengan pemerintah yang selama ini sudah terjalin dengan baik melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) seperti dikutip dari JPNN.com
Menurutnya, BI bersama TPIP dan TPID juga telah menggelar sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada Agustus 2022 dengan penyediaan suplai dan mendorong produksi.
Program GNPIP mencakup pelaksanaan operasi pasar serentak di 33 kota, perluasan kesepakatan kerja sama perdagangan antardaerah, gerakan urban framing dengan pemberian 77 ribu bibit cabai, dan pemberian sarana prasarana teknologi digital farming dan greenhouse di Jawa Timur.
Selain itu koordinasi yang baik antara otoritas fiskal dan moneter yang telah berjalan baik selama penanganan pandemi juga akan terus dilanjutkan dalam pengendalian inflasi, terutama dalam menjaga daya beli masyarakat.
BACA JUGA:Meski Ada Kenaikan di Lapangan, Mendag Klaim Harga Beras Bulog Tidak Naik
BACA JUGA:Masyarakat Jayapura Resah karena Ulah Pendukung Lukas Enembe
"Kami bersyukur di Indonesia begitu kuatnya kebijakan fiskal dari pemerintah dan kebijakan moneter dari BI. BI tetap independen, tetapi independen dalam semangat kebersamaan interdependesi. Ini kami sampaikan dan menjadi kunci ketahanan kebangkitan Indonesia," kata Perry Warjiyo.
Sebelumnya, BI memperkirakan laju inflasi hingga akhir 2022 akan meningkat di atas enam persen (yoy) sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) serta tarif angkutan.
Meski demikian, kenaikan ini masih di bawah rata-rata inflasi global yang bisa mencapai kisaran sembilan persen akibat konflik geopolitik di Eropa yang mengakibatkan kenaikan harga energi maupun pangan dunia. *