JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Gempa Turki dan Suriah tercatat sebagai sejarah paling kelam bencana yang terjadi sepanjang sejarah manusia.
Hal ini dikarenakan jumlah korban jiwa maupun luka luka yang sangat besar. Juga termasuk korban harta dimana ada ribuan bangunan yang rusak dan hancur.
Bahkan, World Health Organization (WHO) memprediksi 23 juta orang terdampak gempa 7,9 skala richter di Turki dan Suriah.
WHO telah mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Korban jiwa akibat gempa Turki dan Suriah akan terus bertambah hingga 20.000 jiwa. Oleh karena itu, mereka mendesak negara-negara dan lembaga internasional lain untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana.
BACA JUGA:Diganggu Sejumlah Remaja, ODGJ di Muaro Jambi Ngamuk, Bakar Rumah Orangtuanya
BACA JUGA:Catat, Pemutihan Pajak Kendaraan di Samsat Bungo Berakhir 6 April 2023
Sebelumya gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 7,8 mengguncang wilayah Turki dan Suriah pada Senin 6 Februari 2023. Kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa Turki dan Suriah cukup parah.
Hal ini lantaran gempa tersebut melanda wilayah padat penduduk, dengan bangunan yang tidak tahan gempa. Gempa berkekuatan 7,8 pada Senin kemarin merupakan yang paling kuat yang melanda negara itu sejak 1999.
Pada Agustus 1999, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang Marmara , wilayah padat penduduk di selatan Istanbul, Turki selama 45 detik hingga menghilangkan 17.500 korban jiwa.
“Peta ikhtisar peristiwa menunjukkan bahwa 23 juta orang berpotensi terpapar, termasuk sekitar lima juta populasi rentan,” kata petugas darurat senior Organisasi Kesehatan Dunia Adelheid Marschang pada laman Arabnews, Selasa 7 Februari 2023.
BACA JUGA:Peduli Tumbuh Kembang Anak, Alfamart Gelar Posyandu
BACA JUGA:Ini Sosok Perempuan Cantik yang Merangkul Rocky Gerung Saat Menonton Konser Dewa 19
Organisasi kesehatan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini menjanjikan akan memberikan bantuan jangka panjang kepada Turki dan Suriah. WHO menganggap bahwa kebutuhan utama yang tidak terpenuhi mungkin ada di Suriah dalam jangka pendek dan menengah.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, menjelaskan pihak bersama PBB akan mengirimkan bantuan ke daerah tersebut. Saat ini tim penyelamat di Turki dan Suriah menghadapi berbagai macam kesulitan.
Terutama cuaca dingin saat ini, belum lagi ancaman gempa susulan dan banguan yang nyaris runtuh, menghantui saat proses evakuasi korban. “Sekarang berpacu dengan waktu,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus.