SUKABUMI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pagi itu, Eman (35) hanya bisa meratap di dalam rumah tenda terpalnya yang terletak di bawah kolong jembatan jalan Bhayangkara, Kelurahan Sriwedari, Kota Sukabumi, Kamis 13 April 2023.
Menjadi pemulung bukanlah cita cita emang di usianya yang sudah berkepala tiga.
Sejak ditinggal orang tuanya di Kampung Bojongloa, Desa Bojonglopang, Kecamatan Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi, Eman memberanikan diri untuk mengadu nasib di Kota Sukabumi.
“Sudah empat tahun disini, sendiri,” lirih Eman dengan mata nanar tanpa harapan.
BACA JUGA:Pansus III DPRD Provinsi Jambi Stuba ke Bapeda Riau Bahas Evaluasi RPJMD
BACA JUGA:Truk Himpit Avanza di Tanjab Barat, Sopir dan Penumpang Terjepit
Eman melanjutkan, sebelum dirinya jadi pemulung, dia pernah membuka sebuah warung kopi kecil kecilan di kampung halamannya bersama adik perempuannya yang kini sudah menikah tinggal di rumah warisan oleh orang tua mereka.
Eman, yang ingin mengembangkan usahanya justru ditipu oleh sahabatnya sendiri di kampungnya hingga akhirnya dirinya memilih untuk mencari pengharapan di Kota Sukabumi.
Tak memiliki kemampuan dan relasi, Eman memutuskan untuk memulung rongsokan yang ditemukannya di tempat sampah untuk dijual. Dalam satu hari, Eman bisa mengumpulkan uang Rp10 ribu dan hanya cukup untuk makan.
“Ya cuma Rp10 ribu dapat perhari paling buat makan dan ngopi, kalau sakit paling minum obat warung saja,” jawab Eman.
BACA JUGA:Selama Minggu Kedua April 2023, 5 Bangunan di 4 Kecamatan Tanjab Timur Kebakaran
BACA JUGA:Jelang Waktu Berbuka Puasa, Rumah Warga di Teluk Kijing Tanjab Timur Hangus Terbakar
Eman Menangis di Pelukan Jendral
Mendengar kondisi miris Eman, para siswa inspektur polisi Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Pori Sukabumi berinisiatif untuk memberikan kejutan modal usaha bagi Eman.