Hal ini pun terus terjadi hingga keesokan harinya. Darmi meminta lagi uang upah yang diperoleh sang ibu untuk membeli alat kecantikannya yang lain. Keadaan ini selalu terjadi hampir setiap hari.
Pada suatu hari, sang ibu hendak ke pasar, dan Darmi berpesan untuk dibelikan sebuah alat kecantikan. Namun, Mamanya tidak tahu alat kecantikan yang ia maksud. Kemudian ibu mengajak Darmi agar ikut ke pasar.
"Kalau begitu, ayo temani ibu ke pasar!" ajak sang ibu.
"Aku tidak mau pergi ke pasar bersama ibu!" jawab Darmi yang menolak ajakan.
"Tapi, ibu tak tahu alat kecantikan yang kamu maksud itu, Nak!" seru sang ibu.
Setelah didesak dan dengan perasaan terpaksa, Darmi bersedia menemani ibunya ke pasar. Namun ia memberikan syarat.
BACA JUGA:Hadapi Pileg 2024, DPC PAN Tanjab Timur Siapkan 30 Bacaleg
BACA JUGA:Mengaku Telah Berjasa Atas Keberlangsungan Ponpes Al Zaytun, Ini Kata Pendeta Saifuddin Ibrahim
"Aku mau ikut ke pasar, tapi dengan syarat ibu harus berjalan di belakangku," kata Darmi kepada sang ibunya.
"Memang kenapa, Nak?” tanya ibunya penasaran.
"Aku malu kepada orang-orang kampung jika berjalan berdampingan dengan ibu," jawab Darmi denga ketus.
"Kenapa harus malu, Nak? Bukankah aku ini orangtua kandungmu?" tanya sang ibu.
"Ibu seharusnya berkaca. Lihat wajah itu yang sudah keriput dan pakaian yang sangat kotor itu! Aku malu punya orangtua yang berantakan seperti itu!” seru Darmi dengan nada merendahkan.
Walaupun sedih, sang ibu pun menuruti permintaan putrinya.
BACA JUGA:Jadi Partai Pertama Daftarkan Bacaleg ke KPU Tanjab Timur, PDI-P Optimis Meraih 5 Kursi di DPRD
BACA JUGA:Bawa Sejumlah Barang Bukti Dugaan Perzinaan Virgoun dan TAA, Inara Rusli Datangi Polda Metro Jaya