MUARASABAK, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Menjaga Tradisi, pembuatan kue tradisional jenang masih bertahan di tengah gerusan era modern saat ini.
Tradisi suatu daerah dapat menjadi kunci kekompakan dan keharmonisan yang terjalin antar sesama masyarakat di wilayah itu sendiri.
Dewasa ini, banyak tradisi yang mulai tergerus zaman dan juga tersisih oleh menggeliatnya moderenisasi.
Akan tetapi, masih banyak pula masyarakat suatu daerah yang masih menjunjung tradisi dan mempertahankannya hingga saat ini.
BACA JUGA:Survei Sigma Idea Indonesia, Popularitas dan Elektabilitas Incumbent Masih di Peringkat Atas
BACA JUGA:Kejari Sungai Penuh Terima 13 Laporan Terkait Penggunaan Dana Desa
Seperti halnya tradisi gotong royong pembuatan Jenang, yang kerap di jumpai dalam sebuah pesta, baik itu pernikhanan dan lain sebagainya di beberapa wilayah di Kabupaten Tanjab Timur.
Salah satunya di Kecamatan Nipah Panjang, Kabupaten Tanjab Timur. Kekompakan gotong royong masyarakat dalam membuat kuliner tradisional berbahan dasar ketan ini masih terus dilestarikan.
Supranoto, salah seorang warga Kecamatan Nipah Panjang yang tengah mengolah Jenang ini menuturkan, jika di wilayah ada acara atau pesta pernikahan, ngunduh mantu dan lain sebagainya, maka akan dijumpai beberapa orang diantara warga sekitar yang akan mengilah atau ngudek Jenang bersama di lokasi pesta itu.
"Biasanya yang buat atau ngudek Jenang ni tugasnya bapak-bapak. Nanti akan disediakan tempat khusus di lokasi pesta itu untuk kami buat Jenang," tuturnya.
BACA JUGA:SK Pjs Rektor Unbari Digugat, dari Soal Cacat Wewenang sampai Penundaan Gaji Dosen
BACA JUGA:Penipuan dengan Modus Mengatasnamakan BPJS Kesehatan, Masyarakat Diminta Hati-hati
Dirinya juga menjelaskan, Jenang umumnya dibuat dari tepung beras atau tepung ketan. Lalu dimasak dengan santan dan ditambahkan gula merah l, serta gula putih dan bumbu lainnya.
"Makanan khas ini menjadi simbol doa, harapan, persatuan dan semangat masyarakat Jawa," jelasnya.
Bagi masyarakat Jawa, Jenang sudah mengakar sejak zaman Hindu. Tradisi Jenang juga ada saat era Walisongo, bahkan sampai masa kini yang dikenal masa era revolusi industri 4.0, era serba digital.