JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Dr. Stephen Juraschek, profesor kedokteran di Beth Israel Deaconess Medical Center di Harvard Medical School mengungkapkan, pusing setelah berdiri terjadi karena penurunan tekanan darah yang tiba-tiba, di mana otak tidak mendapat cukup darah dan oksigen.
Selain itu, suplai oksigen untuk jaringan penginderaan cahaya di retina juga menurun.
Karena retina membutuhkan banyak oksigen agar dapat berfungsi dengan baik, penurunan pasokan oksigen sekecil apa pun dapat menyebabkan masalah penglihatan.
BACA JUGA:Danrem 042/Gapu Pimpin Upacara Puncak Peringatan HUT ke-78 TNI, Ini Pesannya
"Proses menjaga kestabilan tekanan darah setelah berdiri dikendalikan oleh sistem saraf otonom, yaitu sekumpulan saraf yang mengatur fungsi tubuh yang tidak disengaja, seperti detak jantung, pernapasan, dan pencernaan," kata Juraschek.
“Saat orang berdiri, sekitar 300-800 cc (sentimeter kubik) darah tertarik ke kaki, menyebabkan penurunan tekanan darah untuk sementara.
Itu berarti sekitar 0,3 hingga 0,8 liter darah tiba-tiba mengalir ke kaki," tambahnya.
Penurunan tekanan darah ini dideteksi oleh reseptor yang sensitif terhadap tekanan di arteri yang memasok darah ke otak dan di atrium kanan jantung, tempat darah mengalir setelah mengantarkan oksigen ke tubuh.
Juraschek mengungkapkan, reseptor yang diaktifkan kemudian memicu respons seluruh tubuh yang menstabilkan tekanan darah seseorang, pembuluh darah menyempit, otot-otot kaki serta perut berkontraksi, dan detak jantung meningkat.
Hal ini dikatakan Juraschek, biasanya tidak menimbulkan efek yang nyata.
Namun, pada orang yang mengalami dehidrasi atau mengalami penyakit, seperti flu, penurunan tekanan darah mungkin lebih drastis serta membutuhkan waktu lebih lama untuk stabil.
BACA JUGA:Kejahatan SDA dan LH di Provinsi Jambi Jadi Perhatian Kemenkopolhukam
BACA JUGA:Kasus Korupsi Baznas Tanjab Timur, Kejari Tanjab Timur Periksa 31 Saksi, Bakal Ada Tersangka Baru?
Juraschek menyampaikan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan ketika mengalami kondisi ini.