JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia, dengan munculnya subvarian baru yang disebut Eris EG.5.
Identifikasi terhadap Covid-19 subvarian Eris EG.5 ini telah dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Februari lalu.
Meskipun WHO menyatakan bahwa virus ini memiliki risiko rendah terhadap kesehatan masyarakat dan belum ada bukti bahwa menyebabkan penyakit yang lebih parah, kekhawatiran tetap ada.
Sejak muncul pertama kali, virus Covid-19 terus mengalami mutasi, menghasilkan varian-varian baru, salah satunya adalah EG.5 yang merupakan mutasi dari varian Omicron.
BACA JUGA:ASN Polri Polda Jambi Ikut Sosialisasi Netralitas ASN Mendukung Sukses Pemilu tahun 2024
BACA JUGA:Ini Teknik Feng Shui untuk Menciptakan Rumah yang Tenang
WHO mencatat bahwa varian ini pertama kali terdeteksi di Eropa pada Februari 2023 dan sejak itu kasusnya terus meningkat.
Pemberian nama 'Eris' oleh masyarakat merupakan adaptasi dari konvensi WHO yang menggunakan huruf alfabet Yunani untuk memberi label yang sederhana dan mudah diingat pada varian-varian utama.
Ini juga dilakukan untuk menghindari penamaan varian berdasarkan negara asalnya.
Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), sub-varian terkait EG.5, yaitu 5G.5.1, telah menjadi salah satu dari tujuh kasus Covid-19 yang terdeteksi melalui tes di rumah sakit. Di AS, kasus EG.5 juga melampaui sub-varian Omicron lainnya.
BACA JUGA:Kasus Penusukan di Merangin oleh Mantan Suami, Ibu Dirawat, Anak Meninggal Dunia
BACA JUGA:Mau Beli HP Second? Ini Cara Mengecek Keaslian HP Samsung Masih Bagus atau Tidak
Apakah Eris Lebih Berbahaya?
Meskipun munculnya varian EG.5, WHO menyatakan bahwa tidak ada indikasi bahwa sub-varian ini menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Beberapa uji menunjukkan bahwa virus ini mungkin lebih mudah menghindari sistem kekebalan tubuh, namun belum ada bukti bahwa menyebabkan penyakit lebih parah.