JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Ini kisah Nabi Muhammad mendapatkan Wahyu pertama kali dari Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi terakhir akhir zaman yang memiliki banyak kemuliaan dan keistimewaan.
Nabi yang merupakan nabi sekaligus rasul penutup yang terakhir diutus oleh Allah SWT ini menerima wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW ialah di Gua Hira yang berupa surat Al Alaq ayat 1-5.
Dalam pendapat terkuatnya, momen penerimaan wahyu itu terjadi pada 17 Ramadan 610 M.
BACA JUGA:Paling Bisa Diandalkan, Ini 5 Zodiak Paling Kerja Sat Set, Cekatan Dalam Bekerja
BACA JUGA:Siap-siap, Pemerintah Bakal Beri Tunjangan Khusus untuk ASN yang Pertama Pindah ke IKN
Rasulullah SAW Beliau lahir di Makkah pada 12 Rabiul Awwal tahun Gajah yang mana bertepatan dengan 570 M.
Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Abdullah adalah seorang saudagar yang sering bepergian ke Negeri Syam.
Sayangnya, Abdullah wafat ketika usia kandungan Aminah 2 bulan. Akhirnya, Nabi Muhammad lahir tanpa sosok ayah.
Setelah lahir pun, ia diserahkan pada Halimah Sa'diah untuk disusui. Zaman dahulu, masyarakat Arab memiliki kebiasaan menyusui anak-anak mereka kepada perempuan desa seperti mengutip dari arsip detikHikmah.
BACA JUGA:Tiga Tahun Kepemimpinan Fadhil-Bakhtiar, Batang Hari Terus Maju Dan Berkembang
BACA JUGA:Telkomsel Gelar Turnamen Esports Tahunan DG WIB Community Cup 2024, Kembangkan Talenta Muda Esports
Dalam buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah oleh Asima Nur Salsabila, Gua Hira juga disebut sebagai Jabal Nur. Letaknya di sebelah timur laut Masjidil Haram yang berada di jalur jalan Thaif (Sael), sekitar 4 km dari Masjidil Haram.
Pada bukit tersebut, Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu: "Iqra" yang artinya bacalah. Kisah turunnya wahyu pertama Rasulullah diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, ia berkata:
"Turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW dalam bentuk mimpi ketika waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak saat itu hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri (khalwat) ke Gua Hira. Dan di situ beliau beribadah selama beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah istrinya Khadijah RA. Kemudian beliau membawa perbekalan yang cukup. Setelah perbekalannya habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Lalu beliau kembali ke Gua Hira, pada suatu ketika datang kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.