"Akibat kerusakan mesin Garuda Indonesia, SOC-42 terlambat hingga 7 jam 10 menit. Ini jelas sangat lama dan membuat jemaah makin kelelahan," jelas Anna.
BACA JUGA:4 Tradisi Unik Perayaan Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia
BACA JUGA:LLDIKTI Harap Unbari Tingkatkan Mutu dengan Perhatikan Linearitas Dosen
Selain itu, terdapat 13 kloter dengan keterlambatan Garuda Indonesia dalam kisaran satu sampai dua jam. Sementara yang di atas dua jam, ada tujuh kloter.
"Untuk Saudia Airlines, keterlambatan terlama dialami kloter pertama Embakasi Jakarta-Bekasi atau JKS-01, sekitar 47 menit," lanjutnya.
Proses evaluasi atas ontime performance Garuda Indonesia dan Saudia Airlines akan terus dilakukan setiap pekan.
Saat ini, tahap pemberangkatan jemaah memasuki musim puncak atau peak season.
BACA JUGA: Ratusan PPPK di Tebo Belum Gajian 2 Bulan, Ini Kata Pj Bupati Tebo Varial Adhi Putra
BACA JUGA:Gubernur Jambi Al Haris Resmikan Gedung Gereja GBKP, Harap Tingkat Religius Jamaat Meningkat
"Ini tentu menjadi tantangan bagi maskapai penerbangan," kata Anna.
Untuk itu, dirinya meminta Garuda Indonesia menyiapkan mitigasi menyeluruh agar problem keterlambatan penerbangan yang masih cukup besar bisa segera diselesaikan dan tidak berkelanjutan.
Fase kedatangan jemaah haji gelombang kedua sudah berlangsung sejak 24 Mei 2024.
Gelombang pertama sudah usai dengan 229 kloter dan 88.987 jemaah.
BACA JUGA:Tragis, Bocah 2 Tahun Tewas Ditabrak Mobil Toyota Fortuner, Pengemudi Wajab Pahami Titik Blind Spot
BACA JUGA:Wakil Ketua DPRD Provinsi Jambi, Pinto Jaya Negara Minta CJH 2024 jaga Kesehatan
Pada fase gelombang kedua, ada 325 kloter dengan jumlah jemaah lebih dari 124 ribu.