"Masyarakat seolah maklum bahwa pilwako seolah menjadi konstestasi finansial, maka tak heran turunannya akan lahir pemimpin yang memberlakukan uang APBD laksana uang perusahaan miliknya, mencari untung karena keluar modal besar saat maju pilwako, " ungkapnya.
BACA JUGA:Kadiskominfo Kota Jambi Buka Orientasi dan Pembekalan Jurnalis oleh PWI Kota Jambi
BACA JUGA:Tutup Festival Muharram, Pj Wali Kota Jambi Apresiasi Prestasi Peserta
Dalam Pilwako Jambi beberapa nama figur terus bermunculan menghias ruang publik dan media sosial.
Namun sayangnya, kemunculan nama para bakal calon Wali Kota Jambi itu lebih di latar belakangi pada keinginan pribadi tanpa dilandasi prestasi dari yang bersangkutan.
Menurut Noviardi, figur yang muncul di publik untuk pilwako Jambi belum banyak yang teruji kapasitas dan integritasnya di mata masyarakat.
"Mohon maaf, jika parameternya prestasi, nama - nama yang muncul sebagai calon Wali Kota Jambi saya nilai belum ada yang mumpuni, lebih banyak dorongan finansial factor, sehingga mereka merasa percaya diri maju," kata dia.
BACA JUGA:Sekda A Ridwan Apresiasi Pengukuhan DPC Pecinta Anggrek Indonesia Kota Jambi, Ini Harapannya
BACA JUGA:Muaro Jambi Status Siaga Karhutla, Berlaku hingga November 2024
Sayangnya kata dia, kemampuan finansial itupun ditopang bisnis family, bukan kemampuan individu mereka.
"Padahal untuk memimpin daerah dibutuhkan kapasitas yang teruji, jejak rekam, leadership, jaringan dan visi mau dibawa kemana kota Jambi ke depannya," ungkapnya.
Selanjutnya, Noviardi juga menambahkan seorang calon muncul dari proses yang mereka jalani, sehingga muncul ketokohan yang dinilai publik layak untuk jadi kepala daerah.
Jangan terbalik, karena merasa punya finansial, mereka memunculkan diri sendiri, tanpa melihat kapasitas diri untuk memimpin.
BACA JUGA:Hanya Hasilkan 25 Ribu Ton per Tahun, Produksi Beras di Tanjab Barat Menurun
BACA JUGA:Sempat Ditinjau Erick Thohir, Program TJSL PLN Hidroponik Sako Baru Sukses Panen Puluhan Kilo
"Saya lihat banyak yang muncul tiba-tiba, karena memiliki finansial, mereka pede pasang bilboard, tebar baleho, pasang iklan di media, tapi tidak memiliki jejak rekam yang memadai untuk maju di Pilwako. Minimal selain finansial mereka aktif dulu di partai politik, expert dibidang yang mereka tekuni," imbuhnya.