JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Beberapa perusahaan pernah terpaksa melakukan recall atau penarikan produk mereka dari pasaran.
Hal ini karena produk tersebut dinilai bermasalah dan berbahaya jika harus digunakan oleh konsumen.
Sehingga produk tersebut terpaksa harus ditarik dari pasaran untuk diperbaiki agar tidak mengalami masalah dikemudian hari.
Hal ini jugalah yang dilakukan oleh BMW. BMW terpaksa menggelar kampanye penarikan kembali (recall) untuk 63.118 unit BMW.
BACA JUGA:Tim Pembina Samsat Provinsi Jambi Hadiri Rapat Anev Pelayanan Regident dan Kesamsatan 2024 di Medan
BACA JUGA:Pinjaman KUR BNI 2024 Rp 30 Juta Cicilan Rp 500 Ribuan Perbulan, Bisa untuk TKI
Pemberitahuan recall yang diajukan ke Departemen Infrastruktur setempat, menyatakan beberapa kendaraan mungkin telah dikonversi setelah produksi dengan varian setir yang mengandung inflator Takata yang rusak.
"Jika terjadi kecelakaan, inflator kantung udara yang rusak dapat pecah, gas yang terkompresi dan pecahan logam dapat terdorong melalui bantalan airbag ke arah penumpang, sehingga menyebabkan cedera serius atau kematian," tulis pemberitahuan tersebut.
Ribuan unit mobil BMW yang terdampak meliputi Seri 1, Seri 3, X1, X3 (E83, E84, E87, E90, E91), dan BMW "model Seri F" tahun 2004-2017.
Seluruh kendaraan yang kena recall, karena alasan adanya potensi kerusakan pada inflator kantung udara.
BACA JUGA:Rayakan Ulang Tahun ke-57, Sinsen Berikan Promo Special untuk Konsumen Setia
BACA JUGA:Kata Warga: H Abdul Rahman Berbuat Apa Adanya, Ikhlas dan Dermawan
Juru bicara BMW Australia mengatakan bahwa penarikan itu untuk mengatasi masalah, bahwa beberapa kendaraan BMW mungkin mengalami penarikan kembali airbag, karena pemasangan roda kemudi opsional.
“Setir ini tidak dipasang pada saat pembuatan aslinya, tetapi selama masa pemeliharaan kendaraan,"bebernya.
"Semua pelanggan yang terkena dampak telah atau sedang diberitahu secara proaktif untuk memeriksa dan mengganti airbag kendaraan mereka jika perlu. Tidak ada biaya yang dibebankan kepada pelanggan," kata mereka.