BUKITTINGGI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Di Sumatera Barat (Sumbar), ada anggota DPRD Bukittinggi hina wartawan, beberapa waktu lalu.
Usai anggota DPRD Bukittinggi hina wartawan, dirinya pun meminta maaf secara terbuka karena dianggap menghinda dan merendahkan profesi wartawan.
Anggota DPRD Bukittinggi hina wartawan ini, diketahui bernama Ibra Yasser. Insiden ini terjadi saat ia mendampingi bakal calon peserta Pilkada 2024 ke KPU Bukittinggi beberapa waktu lalu.
Dalam permintaan maafnya yang disampaikan pada Minggu, 1 September 2024, Ibra Yasser mengakui bahwa ucapannya tersebut adalah kesalahan yang tidak seharusnya terjadi.
BACA JUGA:Inilah 7 Kota Musik Dunia Versi Unesco, Salah Satunya Ada di Indonesia
BACA JUGA:Prabowo Subianto Tegaskan Tak Ada Kompromi untuk Koruptor
"Pada saat pendaftaran calon kandidat ke KPU, mungkin karena saya sudah biasa bercanda dengan rekan-rekan wartawan, tetapi ternyata itu bukan waktu yang tepat untuk bercanda. Ada yang tersinggung, dan saya mohon maaf," ujar Ibra.
Sebelumnya, Ibra Yasser mengucapkan kalimat "wartawan tamakan abuak" (wartawan termakan rambut) saat menghadiri konferensi pers pendaftaran pasangan calon wali kota dan wakil wali kota di KPU Bukittinggi pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Pernyataan ini disampaikan di hadapan ribuan orang dan segera memicu ketidaksenangan di kalangan jurnalis, yang merasa dihina dan direndahkan.
Reaksi keras dari para jurnalis muncul karena mereka melihat pernyataan tersebut bukan hanya sebagai lelucon yang tidak pada tempatnya, tetapi juga sebagai bentuk penghinaan terhadap profesi mereka.
BACA JUGA:Karhutla di Kabupaten Tebo, 15 Hektar Lahan Terbakar dalam 2 Minggu Ini
BACA JUGA: Bantuan Pangan di Tanjabtim akan Diberikan Bertahap
Bagi banyak jurnalis, insiden ini mencerminkan kurangnya rasa hormat terhadap peran penting media dalam demokrasi.
Menyadari kesalahannya, Ibra Yasser yang juga merupakan anggota Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bukittinggi, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada para wartawan.
Ia menegaskan bahwa ucapannya tidak bermaksud untuk menghina, melainkan terjadi akibat kebiasaan bercanda yang tidak pada tempatnya.