Prinsip kepemimpinan yang digagas oleh Bapak Pendidikan Nasional ini mengajarkan bahwa seorang pemimpin tidak hanya bertugas memberi arahan, tetapi juga harus mampu menginspirasi dan memberdayakan orang lain. Dengan demikian, pemimpin bukanlah figur yang otoriter, melainkan sosok yang memahami bagaimana mengembangkan potensi individu dalam sebuah kelompok.
Ki Hajar Dewantara menegaskan bahwa pemimpin harus mampu menyesuaikan perannya sesuai kebutuhan situasi dan kondisi, baik sebagai penggerak, pengawas, atau pendukung.
Ahli kepemimpinan modern seperti Stephen Covey mendukung prinsip ini dengan menekankan pentingnya "leadership by example." Menurut Covey, pemimpin yang efektif adalah mereka yang mampu mempraktikkan apa yang mereka ajarkan, menciptakan kepercayaan melalui tindakan.
MENGAPA PEMIMPIN MODERN PERLU BELAJAR
DARI FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA?
Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan yang dijuluki Bapak Pendidikan Nasional, telah mewariskan gagasan-gagasan yang sangat relevan hingga kini. Konsep utama yang beliau tinggalkan adalah prinsip kepemimpinan yang menekankan nilai-nilai luhur dan pendekatan humanis dalam memimpin. Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika kepemimpinan modern yang terus berubah, prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara tetap memiliki relevansi yang kuat dan dapat dijadikan pedoman bagi para pemimpin masa kini.
Relevansi dalam Kepemimpinan Modern
Kepemimpinan yang Berbasis Keteladanan–Ing ngarsa sung tuladha
Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat sesuai dengan tantangan kepemimpinan saat ini, di mana integritas dan kemampuan untuk memberdayakan menjadi kunci keberhasilan dalam berbagai bidang. Membangun generasi pemimpin yang peka terhadap kebutuhan sekitarnya akan menjadi solusi bagi kemajuan bangsa.
Di era modern, para pemimpin dihadapkan pada tantangan untuk mempertahankan integritas di tengah derasnya arus informasi dan opini publik. Publik semakin kritis dan mudah mengakses informasi, sehingga keteladanan menjadi elemen yang sangat penting dalam membangun kepercayaan.
Keteladanan dalam kepemimpinan modern bisa dilihat dalam berbagai konteks, mulai dari dunia politik hingga bisnis. Pemimpin yang berani menegakkan prinsip etika, bertindak transparan, dan konsisten dalam nilai-nilai yang dijunjung, akan lebih dihormati dan diikuti.
Pemimpin seperti ini menjadi panutan, bukan hanya karena jabatannya, tetapi karena sikap dan tindakan mereka yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka ajarkan.
Kepemimpinan Partisipatif –Ing madya mangun karsa
Dalam dunia modern, pendekatan top-down dalam kepemimpinan semakin ditinggalkan.
Organisasi yang efektif saat ini lebih memilih model kepemimpinan yang inklusif dan partisipatif, di mana pemimpin terlibat secara langsung dalam proses dan interaksi dengan timnya. Ini sangat sesuai dengan prinsip Ing madya mangun karsa yang menekankan peran pemimpin untuk berada di tengah-tengah mereka yang dipimpin, membangun semangat dan mendorong kerja sama.
Di dunia kerja saat ini, seorang manajer yang otoriter mungkin tidak akan berhasil, karena karyawan modern menginginkan pemimpin yang dapat mendengar aspirasi mereka, memahami situasi di lapangan, dan memberikan ruang untuk partisipasi dalam pengambilan keputusan. Pemimpin yang terlibat aktif dengan bawahannya akan lebih mampu membangun motivasi dan rasa memiliki dalam tim, sehingga kinerja secara keseluruhan meningkat.