JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Di media sosial, banyak warganet yang terpesona oleh konsep "Red String Theory," atau teori benang merah, yang sering muncul di beranda mereka.
Kisah cinta ini menyajikan pandangan bahwa hubungan antar-manusia, khususnya jodoh, sudah ditentukan sejak awal oleh "benang merah takdir." Mitos ini bukan hanya berasal dari satu budaya, tetapi berakar dalam cerita rakyat Tiongkok dan Jepang yang romantis.
Red string theory atau teori benang merah adalah legenda Tiongkok yang menceritakan bahwa pasangan yang ditakdirkan akan terhubung oleh benang merah yang tak terlihat.
Dalam legenda Jepang, konsep ini disebut sebagai "Akai Ito" yang berarti "benang merah." Orang Jepang percaya bahwa dewa mengikatkan benang merah ini pada kelingking dua orang yang sudah ditakdirkan bertemu, tanpa melihat waktu, tempat, atau keadaan.
Meskipun mungkin saja benang ini akan melar, kusut, atau tergulung dalam perjalanan hidup, legenda ini menyatakan bahwa benang merah ini tidak akan pernah putus.
BACA JUGA:Menghadapi Orang yang Membenci dengan Elegan: Cara Cerdas Menjaga Martabat Diri
Akai Ito pun akhirnya menjadi simbol dari cinta dan hubungan yang langgeng, dan membawa makna bahwa mereka yang terkait benang merah ini akan selalu dipertemukan kembali, meskipun harus melewati berbagai rintangan dalam hidup.
Konsep red string theory tidak terbatas hanya pada cinta romantis. Teori ini juga mencerminkan pandangan bahwa setiap pertemuan dalam hidup seseorang terjadi karena suatu alasan.
Banyak orang melihat bahwa pengalaman hidup, hubungan, atau kejadian tertentu adalah bagian dari takdir yang telah ditentukan.
Secara simbolis, benang merah ini mengajarkan kita bahwa semua orang yang hadir dalam hidup memiliki peran tertentu dan bahwa tidak ada kejadian yang bersifat kebetulan.
Red string theory menunjukkan bahwa hidup bukanlah rangkaian peristiwa acak, melainkan bagian dari takdir yang menyusun kehidupan seseorang.
BACA JUGA:Berpelukan Dapat Membuat Umur Panjang: Berikut Penelitiannya
BACA JUGA:Hiponatremi: Kondisi Keseimbangan Elektrolit yang Berbahaya
Namun, dalam prosesnya, manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih langkah-langkah dalam perjalanan tersebut.