JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Zodiak telah menjadi bagian integral dari budaya manusia selama ribuan tahun. Sistem ini tidak hanya berfungsi sebagai penanda waktu tetapi juga sebagai alat untuk memahami hubungan antara manusia dan alam semesta.
Sistem zodiak berakar pada peradaban Mesopotamia sekitar 2000 SM. Orang Babilonia kuno adalah yang pertama kali membagi langit menjadi 12 bagian, yang sesuai dengan 12 bulan dalam kalender lunar mereka.
Setiap bagian dihubungkan dengan konstelasi bintang tertentu, yang kemudian menjadi dasar tanda zodiak.
Sekitar 500 SM, orang Yunani mengadopsi sistem ini dan menghubungkannya dengan mitologi mereka. Nama-nama seperti Aries, Leo, dan Gemini berasal dari mitos Yunani yang kaya akan cerita heroik dan simbolisme.
Pythagoras dan Hipparchus, astronom Yunani, memainkan peran penting dalam menyempurnakan sistem zodiak ini.
BACA JUGA:Menemukan Love Language Berdasarkan Zodiak: Cara Menyampaikan Cinta Sesuai Karakter Bintang
BACA JUGA:Ramalan Zodiak 9 Desember 2024: Hari untuk Refleksi dan Kesempatan Baru
Pada abad ke-2 SM, zodiak mulai diasosiasikan dengan astrologi berkat Klaudios Ptolemaios (Ptolemy), seorang astronom dan astrolog dari Alexandria.
Dalam bukunya Tetrabiblos, ia menjelaskan hubungan antara pergerakan benda langit dan kehidupan manusia, yang menjadi landasan astrologi barat.
Zodiak Ptolemaic dibagi menjadi 12 tanda, masing-masing mencakup 30 derajat dari lintasan matahari di sepanjang ekliptika. Setiap tanda dihubungkan dengan elemen (api, tanah, udara, air) dan kualitas (kardinal, tetap, berubah), yang hingga kini digunakan dalam astrologi modern.
Dengan meluasnya peradaban Yunani dan Romawi, konsep zodiak menyebar ke seluruh dunia, memengaruhi berbagai budaya seperti India dan Cina. Di India, zodiak disesuaikan dengan tradisi Veda dan menjadi dasar astrologi Jyotish.
Pada Abad Pertengahan, astrologi mencapai puncaknya di Eropa, menjadi panduan untuk kesehatan, cuaca, dan nasib individu. Namun, dengan munculnya ilmu pengetahuan modern, zodiak lebih dipandang sebagai simbol budaya daripada alat ilmiah.
BACA JUGA:Atletico Madrid Lakukan Comeback Spektakuler, Tumbangkan Sevilla 4-3
BACA JUGA:Timnas Indonesia Siap Berlaga di ASEAN Cup 2024, Bertemu Myanmar pada Laga Perdana
Hari ini, zodiak tetap relevan dalam budaya pop dan digunakan dalam horoskop. Meskipun secara ilmiah dianggap sebagai pseudoscience, astrologi dan zodiak terus menarik minat banyak orang sebagai alat refleksi pribadi dan hiburan.