Indonesia gagal lolos ke semifinal untuk kelima kalinya dalam 15 edisi ASEAN Cup. Sebelum di 2024, Indonesia juga tersingkir dari babak grup turnamen ini pada edisi 2007, 2012, 2014, dan 2018.
BACA JUGA:Berkendara Aman di Libur Natal dan Tahun Baru, Simak Tipsnya
Kegagalan Indonesia memenuhi target minimal dari Ketum PSS Erick Thohir untuk menembus semifinal juga membuat Shin Tae-yong harus rela namanya bergabung dengan pendahulu pelatih timnas dalam catatan negatif, yaitu Peter White (2007), Nil Maizar (2012), Alfred Riedl (2014), dan Bima Sakti (2018).
Perolehan empat poin dengan selisih gol minus satu di edisi 2024 adalah torehan yang sama seperti edisi 2012, 2014, dan 2018. Edisi 2007 menjadi penampilan terbaik Indonesia saat tidak lolos karena mereka tidak pernah kalah dengan mengoleksi lima poin di posisi ketiga.
Ketidaklolosan armada Peter White ini juga bukan karena kalah jumlah poin, melainkan kalah agresivitas gol dari dua tim di atasnya yang mengoleksi poin yang sama, yaitu Singapura dan Vietnam.
Namun, tak perlu bersedih. Karena atas dasar penampilan buruk dari empat pertandingan, skuad muda Indonesia pantas mendapatkan kegagalan ini.
BACA JUGA:Innalillahi, Istri Bupati Tebo Terpilih Meninggal Dunia
BACA JUGA:4 Ruas Jalan Tol Trans Sumatera Dibuka Jelang Libur Nataru, Simak Lokasi dan Jadwalnya
Lebih dari itu, mereka-mereka ini dipilih untuk dibentuk dan digembleng agar jam terbang internasionalnya lebih banyak, bukan untuk juara.
“Saya melihat harapan besar juga di permainan timnas hari ini. Daripada disebut kegagalan, ini merupakan pengalaman bagi para pemain muda,” kata Shin Tae-yong.
Harapannya adalah mereka lebih siap bertarung mempertahankan medali emas di SEA Games 2025 dan kembali bermain di putaran final Piala Asia U-23 2026.
Potensi besar selain itu adalah potensi munculnya generasi-generasi baru yang lahir dari turnamen ini yang harapannya bisa menjadi bagian tim utama Indonesia yang saat ini sedang berjuang bermain di Piala Dunia 2026.