JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID-Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara yang harus dilakukan oleh Pemerintah dalam menguatkan ketahanan pangan Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Akademisi IPB dari Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT IPB), Netti Tinaprilla bahwa dirinya mengingatkan pemerintah untuk waspada dalam menghadapi krisis global.
"Diversifikasi merupakan sebuah keharusan untuk menguatkan ketahanan pangan Indonesia, agar lebih beragam," ujarnya.
Dikatakan Netti bahwa diversifikasi konsumsi pangan lokal mau tidak mau harus menjadi perhatian bersama untuk terus dikembangkan.
Baca Juga: Apple Watch Bakal Bisa Deteksi Masalah Jantung Penyebab Stroke
Baca Juga: Simak, Ini Efek Buruk Kopi untuk yang Kelebihan Berat Badan
"Kami harus bisa memanfaatkan kearifan lokal dan industri kuliner agar gizi kita tetap seimbang," ujar Netti.
Netti sangat mendukung upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam memperluas pengembangkan potensi pangan lokal.
"Menurut saya kita harus segera melakukan diversifikasi pangan lokal. Kedua, menanam komoditi yang memiliki comparative dan kompetitive advantage, dengan dukungan pemerintah agar petani tetap termotivasi menanam," katanya.
Netti mengatakan konsumsi pangan lokal merupakan langkah yang sangat cerdas karena sama saja dengan memberi kontribusi terhadap penurunan harga pangan dunia yang kini mulai merangkak naik akibat krisis perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: 5 Buah yang Bikin Lemak Perut Hilang
Baca Juga: Bupati Tanjab Barat Harao Festivak Arakan Sahur Tetao Hadir Tahun Depan
Untuk itu, Netti mengajak masyarakat Indonesia agar melakukan penanaman pangan lokal seperti singkong, jagung, pisang, talas, sagu, dan juga kentang. Semua jenis pangan lokal tersebut bisa diolah menjadi berbagai makanan kaya karbohidrat dan juga jenis kudapan lainya.
Mari semangat menanam, jangan putus asa dengan kondisi global. Karena itu kita perlu beralih ke pangan lokal," katanya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong kemandirian pangan untuk mengurangi ketergantungan impor. Di antaranya melalui diversifikasi pangan sebagai pengganti makanan utama dalam menghadapi berbagai ancaman krisis global.
Pangan itu tidak harus beras, kita melakukan juga upaya diversifikasi pangan. Beberapa pangan lokal kita intervensi seperti singkong, talas, dan umbi-umbian lainnya," katanya beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Imbau Juru Parkir Ikuti Aturan Edi Sofyan Terkait Tarif Parkir di Pasar
Baca Juga: Wakik Walikota Jambi Maulana Minta Maksimalkan Pelayanan KB
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri juga mendorong penguatan pangan lokal seperti komoditas timun suri yang selama ini jarang dibicarakan. Apalagi, timun suri adalah komoditas umbi-umbian yang memiliki potensi pasar yang cukup besar.
"Padahal buah tersebut memiliki potensi besar dan juga sangat penting sebagai makanan setiap hari dan makanan pembuka di bulan puasa," ujarnya.
Petani milenial yang bergerak pada komoditas timun suri, Fadhil Faishal mengatakan timun suri adalah komoditas yang selalu dibutuhkan masyarakat, yang bisa diolah menjadi beragam jenis hidangan.
"Bahkan saya lagi coba membuat dodol dari timun suri. Dan yang paling penting komoditas ini akan selalu dibutuhkan masyarakat tidak hanya di bulan puasa saja," katanya.
Baca Juga: Satu Unit Warung Kopi Terbakar di Jelutung, Warga Sempat Dengar Ledakan
Ahli gizi buah Pafitri menjelaskan komoditas timun suri memiliki manfaat yang cukup banyak bagi kesehatan tubuh.
Menurut dia, salah satunya adalah unsur serat yang mampu melawan radikal bebas seperti penyakit demam, flu, batuk.
"Yang pasti timun suri memiliki manfaat yang baik untuk pencernaan dan sangat cocok jika dikonsumsi pada saat saur dan berbuka puasaa. Bahkan ada penelitian apabila kita konsumsi labu labuan ini bisa melawan radikal bebas seperti penyakit flu demam dan lain-lain," ujar Pafitri (Viz)