JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAKARTA - Bicara libido tinggi, orang mungkin akan mengaitkannya dengan istilah hiperseksualitas. Banyak mungkin yang menganggap kedua hal ini sebagai hal yang sama.
Menurut Difference Between, keduanya itu sebenarnya adalah dua kondisi yang berbeda, dan tidak bisa disamakan satu sama lainnya.
Secara definisi, libido tinggi adalah sebuah kondisi di mana, terjadinya lonjakan atau peningkatan gairah seksual pada seseorang.
Libido tinggi dipicu oleh beberapa faktor. Mereka dengan tingkat stress rendah, punya kondisi kesehatan dan fisik yang prima, rutin berolahraga, serta mengkonsumsi makanan sehat, adalah mereka yang dikaitkan dengan mereka yang memiliki libido tinggi.
Pada mereka yang hiperseksual, peningkatan libido kerap terjadi dalam frekuensi yang lebih sering, dan terkesan ekstrim.
Kondisi yang masuk dalam kategori obsessive-compulsive disorder ini, dapat dipicu oleh kondisi medis tertentu, atau konsumsi jenis obat-obatan yang fungsinya sebagai medikasi.
Sementara itu menurut pakar seks bernama Dr. Anand Patel, via Metro, tiga sampai enam persen wanita, adalah seorang hiperseks. Sementara jumlahnya jauh lebih tinggi pada pria.
Menurut dia, hiperseksualitas lebih tepat jika digambarkan sebagai, contohnya, kebiasaan masturbasi berlebih, terobsesi pada seks yang mengganggu kualitas hidup.
Selain juga, lanjut dia, mereka yang menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesuatu hal berbau seks, seperti hobi melihat pornografi, juga memiliki pasangan lebih dari satu.
Dr. Patel menambahkan, hiperseksual bukan soal memilki gairah seksual yang kelewat batas, akan tetapi adalah sebuah kebiasaan yang menyebabkan seseorang menjadi addict dan berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya.
“Gangguan ini mempengaruhi kehidupan personal dan dunia kerja dan sudah berlangsung setidaknya dalam enam bulan dan menyebabkan tekanan yang signifikan,” jelas Patel.
Hiperseksualitas, lanjut dia, adalah sebuah fantasi seksual, dorongan seks, dan prilaku seks yang juga dilakukan berulangkali.
Kebiasaan yang kompulsif ini, kata Patel, dapat menyebabkan hancurnya sebuah hubungan yang telah dibangun.
Bagi mereka yang mengalaminya, Patel menyarankan untuk membuat janji dengan ahlinya, untuk sesi konsultasi dan solusi.
Membiarkan kondisi ini berlarut-larut, kata dia, dapat berpotensi menyebabkan rusaknya sebuah hubungan yang sudah dibangun dengan kebersamaan.(fin)