Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci
Rendah
3
10,0
12
40,0
15
25,0
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadian stunting di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci Tahun 2020 (P=0,019). Hasil penelitian juga diketahui bahwa responden yang memiliki balita menderitai penyakit infeksi berisiko lebih tinggi 4,125 kali memiliki balita menderita stunting jika dibandingkan dengan responden yang memiliki anak balita tidak menderita penyakit infeksi.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maya S Putri, Nova Kapantow & Shirley Kawengian (2015) di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi pada anak balita di Desa Mopusi Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow (p=0,046). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Ningsi & Risma (2017) di wilayah kerja Puskesmas Anreapi Kabupaten Polewali Mandar diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Andreapi (p=0,046).
Faktor penyebab langsung terjadinya stunting adalah ketidakseimbangan gizi/faktor gizi dalam makanan yang dikonsumsi dan terjangkitnya penyakit infeksi. Malnutrisi dan infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan malnutrisi. Anak kurang gizi yang memiliki daya tahan tubuh rendah akan mudah jatuh sakit dan mengalami kurang gizi, sehingga mengurangi kemampuannya untuk melawan penyakit dan sebagainya. Penyakit dan terlambatnya pertumbuhan anak di negara-negara belum maju merupakan kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara status gizi dan infeksi (Supariasa, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi dengan kejadian stunting di Puskesmas Pelompek, hal tersebut disebabkan penyakit infeksi mempengaruhi status gizi melalui penurunan asupan makanan di usus, meningkatkan katabolisme dan mengambil gizi yang diperlukan tubuh untuk sintesis jaringan dan pertumbuhan. Disamping itu, penyakit infeksi dapat menurunkan pertahanan tubuh dan menganggu fungsi kekebalan tubuh sehingga akan mengalami gizi kurang dan stunting.
Berdasarkan hasil penelitian responden yang menderita stunting lebih banyak yang pernah mengalami riwayat penyakit infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan lebih sering mengalami sakit dibandingkan dengan responden yang tidak menderita stunting. Penyakit infeksi juga dapat disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Untuk itu peneliti menyarankan agar masyarakat lebih menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga pola makan anak.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian stunting di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci Tahun 2020 (p=0,041). Hasil penelitian juga diperoleh responden yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko lebih tinggi 4,333 kali memiliki balita menderita stunting jika dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Uliyanti, Tamtomo, D. & Anantanyu, S (2017) faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-59 bulan menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian stunting pada balita dengan nilai p-Value= 0,000 OR = 3,30 (1,70 – 6,40). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Septamarini, Widyastuti, & Purwanti (2019) hubungan pengetahuan dan sikap responsive feeding dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo, Semarang menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian stunting pada baduta usia 6-24 bulan dengan nilai p-value = 0,000 OR = 10,2 (3,76-27,75).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: