Ternyata Belalang Bisa Dijadikan Peluang Usaha Loh....
jambi-independent.co.id|
Reporter:
Surya Elviza|
Editor:
Surya Elviza|
Jumat 27-05-2022,12:43 WIB
Kunjungan kerja di lokasi food estate sumba. Foto : humas kementrian--
SUMBA TENGAH,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Perluasan kawasan food estate Sumba Tengah direncanakan berlangsung hingga 2024.
Kementerian Pertanian sedang menyusun program ini. Saat mendampingi Kunjungan Kerja Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kepulauan Sumba, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumba Tengah Umbu Kalikut Pari mengatakan hasil panen para petani dari kawasan food estate sangat menggembirakan.
Dia menegaskan kehadiran food estate telah memberikan dampak positif terhadap pembangunan sektor pertanian karena meningkatkan produktivitas dan menambah frekuensi panen tanaman pangan menjadi dua kali.
"Petani di Sumba Tengah sudah memanen jagung dan sedang mempersiapkan lahan untuk menanam tanaman padi dan palawija," kata Umbu.
Dia pun mengapresiasi kinerja petani dan penyuluh serta kehadiran mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa yang mendampingi petani dalam pengembangan kawasan food estate di Sumba Tengah.
Umbu menjelaskan tantangan petani saat ini adalah hadirnya belalang kembara alias Locusta migratoria yang menyerang sekitar 30 hektare lahan pertanian di kabupaten Sumba Tengah. Belalang ini dikenal sebagai jenis yang persebarannya paling luas di dunia.
Serangga pemakan rumput ini banyak tempat, dari sungai, stepa, lingkungan danau, hingga gurun. Bila gerombolan mereka menyerang suatu wilayah, maka tanaman di wilayah tersebut menjadi terancam.
Panjang tubuh belalang antara 3,5 hingga 5,5 sentimeter. Sayapnya berwarna kusam. Warna tubuh secara keseluruhan bervariasi satu dan lain belalang, ada yang hijau, cokelat, hijau kekuning-kuningan, atau abu-abu.
Belalang bisa membahayakan sawah padi, kapas, gandum, gandum hitam, jelai, oat, sorgum, hop, kedelai, kentang, tembakau, kubis, timun, semangka, melon, bunga matahari, hingga buah-buahan.
Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi sangat prihatin melihat kondisi ini, dia meninjau langsung salah satu lahan persawahan Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan.
"Hewan ini bisa dimakan manusia. Belalang biasa dimakan di Gunung Kidul, Provinsi DIY. Selain itu, hama tinggi protein ini sangat cocok digunakan untuk pakan hewan ternak seperti bebek, itik, ayam. Dalam 100 gram belalang kering mengandung protein kasar 2 persen; lemak kasar 0,8 persen; karbohidrat 0,74 pesen; serat kasar 1,7 persen. Intinya, belalang kembara punya nilai nutrisi tinggi," jelas Dedi.
Dedi pun menyatakan saat terjadi teror belalang mustahil untuk memakan belalang itu semuanya. Untuk itu, perlu dilakukan antisipasi lebih awal.
Kementan telah memiliki gugus tugas pengendalian belalang, bekerja sama dengan IPB, UGM, Undana serta beberapa perguruan tinggi mitra lainnya.
"Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama belalang ini, antara lain dengan melakukan biocontrol dengan menyemprotkan penyakit (patogen insect) pada serangga di lahan yang terserang hama, kenali karekteristik lahan lalu harus dilakukan monev yang ketat sehingga daerah yang belum terkena serangan hama akan aman. Dan langkah konkret yang mudah dilakukan ialah mengolah belalang sebagai sumber protein yang dapat dikonsumsi masyarakat selain untuk pakan ternak," papar Dedi.
Dedi menyatakan akan mengerahkan penyuluh pertanian, petani dan POPT serta mahasiswa Polbangtan untuk bersama-sama masyarakat mengatasi masalah ini.
Dia pun mengajak seluruh insan pertanian di Kepulauan Sumba untuk mengambil peluang dari wabah ini dengan menjadikan belalang sebagai peluang usaha seperti dikutip dari
jpnn.com.
"Ini peluang usaha, petani dapat memanfaatkan ini untuk menjadi ladang penghasilan. Libatkan petani milenial untuk memanfaatkan peluang ini," kata Dedi. (viz
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: