Asal Usul Nama Danau Dendam Tak Sudah, Wisata Alam di Bengkulu yang Indah dan Melegenda
Indahnya Danau Dendam Tak Sudah, Bengkulu-instagram/infobengkulu_-
Konon sejak adanya dendam buaya tersebut, maka danau disebut warga setempat menyebutnya dengan 'Danau Dendam Tak Sudah'.
Warga sekitar Danau Dendam Tak sudah percaya bahwa buaya yang buntung itu sering muncul menjelang perayaan hari besar, seperti Hari Raya Idul Fitri.
Oleh karena itu, menjelang hari Idul Fitri, warga yang mendirikan pondok jualan di sekitar Danau Dendam Tak Sudah selalu menghentikan mencari ikan, berjualan, serta kegiatan lain.
Tidak hanya itu, kemunculan buaya ke permukaan danau juga dikaitkan dengan bencana yang melanda Kota Bengkulu.
Ketika Bengkulu diguncang gempa 7,3 Skala Richter (SR) tahun 2000 dan gempa besar berkekuatan 7,9 SR tahun 2007, buaya buntung dikabarkan muncul kepermukaan danau.
BACA JUGA:Deretan Makanan ini Bisa Sebabkan Alergi, Bahkan Bisa Timbulkan Sesak Napas
BACA JUGA:Ini Tips Liburan Bersama Keluarga, Anti Ribet, Nyaman dan Semakin Berkesan
Lintah raksasa
Konon, dahulu kala ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua. Mereka yang tengah mabuk asmara memutuskan bunuh diri dengan loncat ke danau.
Sejak saat itu, masyarakat Bengkulu percaya ada dua ekor lintah raksasa yang hidup di danau dan merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut. Mereka terus hidup dengan menyimpan rasa dendam lantaran cinta yang tak kesampaian.
Keramat Pintu Air
Danau yang saat ini menjadi kawasan Cagar Alam Dusun Besar (CADB) ini juga memiliki kuburan keramat bernama keramat ’Sapu Jagat’ atau keramat Pintu Air. Menurut cerita yang disampaikan secara turun-temurun, keramat tersebut merupakan keramat orang sakti, yang memilki ilmu.
Nama keramat tersebut oleh warga Suku Lembak, disebut keramat 'Keramat Pitu Ayo', yang berarti Keramat Pintu Air. Ada juga warga Suku Lembak menyebut nama keramat itu dengan nama Keramat 'Jalan ke Ayo'.
Sayangnya, nama penghuni keramat tersebut, belum diketahui secara persis. Mengingat sejarah keramat tersebut, sudah ada sebelum penjajah datang ke Kota Bengkulu.
Setiap ada kegiatan lomba azan, lomba shalat, hingga panen, masyrakat menyempatkan diri hadir ke keramat tersebut. Khusus terkait panen, masyarakat membawa kue apem ke keramat sebagai bentuk syukur atas hasil panen padi yang melimpah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber