Melihat 'Djambi' di Album A785 pada Koleksi Digital Leiden University Circa 1910-1924

Melihat 'Djambi' di Album A785 pada Koleksi Digital Leiden University Circa 1910-1924

Djambische Volksbank (Bank Rakyat Jambi) Ca. 1920-KITLV, UB Leide-

Taman bacaan rakyat ini merupakan jelmaan dari Muhammadiyah sebagai lembaga dibawah naungan Komisi Bacaan Rakyat (Commissie voor de Volkslectuur-KBR). Balai Pustaka mendapat kepercayaan dari Pemerintah Belanda untuk mengurus hal berkaitan dengan bacaan bagi pribumi yang berkembang pesat hingga ke Sumatera awal abad XX. Napas Muhammadiyah sangat terasa dalam semangat pendidikan Jambi masa kolonial. Sezaman pada tahun ini, terdapat dokumentasi sekolah pribumi lainnya di Bebeko (Muara Bungo) yang diambil pada 1 November 1927.

Di Jambi berdiri pabrik es dengan nama Djambische Ijsfabriek Bie Tjiang and Co. Perusahaan Chinesse ini terdaftar dalam Handbook Cultuur en Handelsondernemingen yang berdiri sejak 1907 dengan CEO-nya adalah Lim Kwat Tjiang dengan nilai perusahaan sebesar  f 300 (300 gulden kala itu). Pasca kemerdekaan, Pabrik Es di Jambi bahkan diwartakan oleh Java Bode pada bagian Industrie in Zuid Sumatra yang dapat memproduksi 14 (empat belas kali lipat) dari jumlah produksi sebelumnya. Jumlah produksi yang meningkat ini juga diakibatkan karena ada maintenance pabrik es di Palembang.  

Terdapat beberapa gambar lain dalam album A785 yang dalam keterangannya menyatakan foto tersebut berada di Jambi. Namun, diperlukan penelusuran lebih lanjut mengenai validitas gambar tersebut agar dapat disajikan dalam bentuk narasi. Beberapa foto yang tersedia dan dapat diakses dalam album ini adalah Gebouw van de Landraad te Djambi (Gedung Dewan Pertanahan di Jambi), Kantor Paket, Kantor Bea Cukai, Kantor Dagang Maluku, Kantor Dagang Kalimantan, Klenteng Hok Te, Masjid Olak Kemang dan Sekolah di Tanjung Pasir (Seberang Kota Jambi). 

Koleksi foto ini menggambarkan secara visual mengenai eksistensi Jambi dalam sirkulasi perdagangan di Pantai Timur. Sejatinya, tidak ada klaim sepihak yang menggunakan predikat terbesar, terluas, pertama dan glorifikasi lainnya atas penetrasi yang dilakukan Belanda di Jambi. Secara pasti, Jambi adalah urat nadi bagi Belanda dalam hegemoni perdagangan rempah abad XX melalui Sungai Batanghari yang membentang dari Sumatera Westkust hingga bermuara di Muara Sabak, Tanjung Jabung Timur.   

Oleh : Chairul Wahyudi
Guru Sejarah di MAN Insan Cendekia Jambi
Supervisor of Student Research Center (Sturec) MAN IC Jambi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: