Kenapa Mahfud Mundur dari Menko Polhukam? Ini Pendapat M Qodari
M Qodari menanggapi soal mundurnya Mahfud MD.-ist/jambi-independent.co.id-
JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari merespon langkah Mahfud MD yang secara resmi menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Qodari menilai mundurnya Mahfud MD dari Kabinet Indonesia Maju (KIM) itu merupakan salah satu agenda untuk mendelegitimasi Presiden Jokowi.
Menurutnya, manuver Mahfud itu menjadi salah satu rangkaian peristiwa agar melemahkan pengaruh Presiden Jokowi pada Pilpres 2024 ini.
“Mundurnya Pak Mahfud ini saya kira adalah bagian dari upaya untuk tadi menyerang, juga mendelegitimasi lah tepatnya gitu,” ujar Qodari dikutip dari channel Youtube Cokro TV, Jumat 2 Februari 2024.
BACA JUGA:Pasca Banjir Warga Bersih Bersih, Koramil 417-03/ Air Hangat Bantu Sekolah Bersihkan Lumpur
BACA JUGA:Ini Lho Tips Menata Kamar Mandi Menurut Feng Shui
Dikatakan Qodari, akhir-akhir ini serangan terhadap Presiden Jokowi cukup masif khususnya dari kubu pendukung atau simpatisan capres cawapres nomor 03.
Serangan itu lantaran kecewa terhadap langkah politik Jokowi yang tidak mendukung Ganjar Pranowo menjadi presiden.
“Meningkatnya memang serangan-serangan kepada Pak Jokowi, serangan-serangan yang disebabkan oleh kekecewaan atau emosi terhadap Pak Jokowi yang tidak kemudian mendukung Ganjar atau calon yang didukung oleh PDIP begitu,” ucapnya.
Qodari melihat ada usaha-usaha untuk mendowngrade kepemimpinan Presiden Jokowi.
BACA JUGA:7 Tips Feng Shui untuk Membawa Keberuntungan dalam Hubungan Asmara
BACA JUGA:Polda Jambi Siapkan 1.400 Personel untuk Pengamanan Pemilu 2024, Ini Kata Wakapolda Jambi
Misalnya, ujaran Butet Kartaredjasa yang menyisipkan kata binatang terhadap Presiden Jokowi saat membacakan pantun di panggung rakyat Ganjar-Mahfud di Kulonprogo, Yogyakarta.
“Serangan-serangan itu memang muncul di panggung-panggung PDI Perjuangan. Misalnya, Butet itu kan acara panggungnya PDI Perjuangan garis miring Ganjar Pranowo, serangan ini ada yang ngintili asuok atau atau asu, memang Mas Butet tidak menyebut nama Pak Jokowi di situ menyebut ngintili tetapi itu kan strategi komunikasi sebetulnya bagian dari upaya untuk mendelegitimasi untuk mendegradasi Pak Jokowi,” jelas Qodari.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: