Masa Depan Kurikulum Merdeka: Belajar di Era Pemerintahan Prabowo Subianto
Dr. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro--Instagram
Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), salah satu bagian dari Merdeka Belajar, juga tidak luput dari kritik.
Dayat menyoroti bahwa IISMA lebih menguntungkan mahasiswa dari kalangan menengah ke atas, dan tidak sepenuhnya mendukung keadilan bagi mahasiswa dengan ekonomi lemah.
Biaya besar yang dibutuhkan untuk program ini dinilai tidak sebanding dengan waktu belajar yang relatif singkat di luar negeri.
Dayat menyarankan agar biaya IISMA dialokasikan untuk memperkuat KIP-K serta menambah nilai beasiswa bagi mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri, mengingat biaya hidup yang semakin tinggi.
Meski terdapat kritik, beberapa aspek dari Kurikulum Merdeka Belajar tetap diapresiasi. Program ini telah mendorong pengembangan karakter siswa, membuat mereka lebih mandiri, kritis, dan adaptif dalam menghadapi tantangan belajar.
BACA JUGA:Chelsea Lanjutkan Tren Positif di Liga Conference, Bekuk Panathinaikos 4-1
BACA JUGA:Maulana-Diza Luncurkan Inisiatif Kreatif untuk UMKM dan Digitalisasi di Jambi
Namun, tantangan dalam implementasi di lapangan, seperti kesulitan guru dalam menggunakan platform e-kinerja dan Platform Merdeka Mengajar (PMM), masih menjadi hambatan.
Banyak guru di daerah yang merasa kesulitan karena infrastruktur yang tidak mendukung, menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara sekolah di perkotaan dan pedesaan.
Dengan dimulainya era pemerintahan baru, masa depan Kurikulum Merdeka Belajar berada di bawah evaluasi kritis.
Beberapa program, seperti Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dipastikan akan dilanjutkan dengan berbagai penyesuaian, sementara program lainnya, seperti IISMA, perlu ditinjau ulang agar lebih inklusif dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
Evaluasi dan perbaikan terus dilakukan, dengan harapan pendidikan di Indonesia semakin inklusif dan merata, tanpa mengorbankan kualitas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: