Berawal dari 30 Anggota, Kini Masih Berkibar

Berawal dari 30 Anggota, Kini Masih Berkibar

Setelah menelurkan Teater Tonggak, banyak yang harus dilakukan Didin Siroz. Berbagai upaya dilakukannya, agar teater ini bisa terus berdiri.

 

Kata “Tonggak” memiliki filosofi tersembunyi. Tonggak yang berarti tiang bangunan kokoh dan besar, diharapkan dapat menjadi soko guru perteateran di Jambi.

Didin Siroz memperkenalkan Teater Tonggak pertama kali dengan membuat pagelaran seni pertunjukan yang berjudul “Deirdre”, karya seorang dramawan Irlandia, William Butler Yeats.

Dari pagelaran tersebut, masyarakat mulai mengenal Teater Tonggak dan tertarik untuk menjadi bagian di dalamnya. Melalui “acting course” selama kurang lebih 3 bulan, terpilihlah sekitar 30 anggota baru Teater Tonggak yang akan dibina dan dibentuk menjadi aktor sekaligus pelaku seni.

“Untuk penerimaan anggota baru, kami dari Teater Tonggak tidak sembarangan. Biasanya melalui acting course dulu. Setelah itu, barulah bisa menjadi bagian dari Teater Tonggak,” ujar Didin Siroz.

Dengan beranggotakan 30 orang, Didin Siroz mulai menjadwalkan latihan rutin yang biasanya dilaksanakan pada hari Rabu dan Jumat. Pada latihan itu, Didin mengajarkan banyak teknik-teknik penting dalam dunia teater. Olah vokal, olah tubuh, dan olah sukma, adalah latihan dasar yang biasanya dilakukan. Barulah setelah itu, teknik bloking, mimik, dan gestur dapat dikuasai perlahan-lahan.

Dari latihan-latihan ini, Didin Siroz membuat pertunjukan-pertunjukan dengan naskah yang ditulisnya sendiri, kepiawaiannya dalam menulis membuat masyarakat berbondong-bondong datang dan menjadikan Taman Budaya Jambi, tak pernah sepi. Tulisannya tidak hanya sekedar naskah drama, namun acap juga ia menulis puisi. Didin Siroz menulis dengan hati tanpa paksaan ataupun kepentingan. Hal ini didasari petuah yang diberikan oleh dosennya semasa ia kuliah.

“Jangan karena ada honor, kamu bikin puisi. Nanti karyamu jadi karya kacangan,” ucap dosennya kala itu.

Hal inilah yang menyongsong jiwa ikhlas dari seorang Didin Siroz untuk membentuk sebuah komunitas teater dengan karya-karya yang orisinil. Orang Kayo Hitam, Salah Sangko, Hutan Yang Hilang, Menggugat Jalan Setapak Sehari, Tembang Anak Si Alang, dan Tuah Hidang yang Hilang adalah beberapa naskah yang pernah ia ciptakan. Tanah pilih, Muaro, Pesona, dan Seribu Satu Rupa Rindu adalah judul puisi yang pernah ditulisnya.

Selain pementasan drama, di Teater Tonggak, Didin Siroz juga menyajikan kegiatan lain. Workshop, diskusi seni, teater amal, dan Zikir Penyair di bulan Ramadhan merupakan kegiatan rutin lain yang diadakan oleh Teater Tonggak hingga saat ini. Tak ketinggalan, Teater Tonggak juga ambil bagian dalam berbagai festival teater, mulai dari tingkat regional hingga nasional.

Teater yang awal mulanya hanya beranggotakan 30 orang tersebut, dari tahun ke tahun semakin diminati. Saat ini jika dijumlahkan anggotanya sudah mencapai 300 orang yang terdiri dari anak-anak SMA, orang dewasa, hingga yang telah berumah tangga.

Dari tangan Didin Siroz telah lahir banyak pelaku seni di Kota Jambi. Teater Tonggak benar-benar telah menjadi soko guru bagi komunitas teater Kota Jambi. Ilmu-ilmu yang didapat dari Teater Tonggak telah dibawa oleh anggotanya ke mana-mana, ada yang mengaplikasikannya dengan menjadi guru kesenian dan ada juga yang berkarya dengan menjadi seniman. (tamat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: