Semangat Pedagang Sepatu Bekas, di Tengah Pandemi
Omset Sempat Turun 50 Persen, Kini Berupaya Menormalkan Keadaan
Tak pernah terpikirkan oleh pria ini sebelumnya, bakal bergelut di bisnis ini. Menjual sepatu bekas. Bahkan kini sudah bisa membuka cabang.
RAFSI Second Impor Brand Jambi. Begitu tulisan di spanduk, yang terpampang di depan toko di Jalan R Wijaya, The Hok, Kecamatan Jambi Selatan. Senin (18/10) lalu, sesuai janji, Jambi Independent bertemu dengan pemilik tempat itu.
“Ayo masuk. Kita duduk di dalam saja, biar enak ngobrolnya,” kata seorang pria bertubuh bongsor. Pemilik nama Ifko Zalzain (42) ini, mengenakan kemeja merah garis-garis, dipadukan celana kain hitam.
Beruntung, saat itu sedang sepi. Obrolan dengan sulung dari enam bersaudara itu bisa berjalan santai. Rupanya, tempat ini merupakan cabang ke tiganya. “Sudah ada 3 cabang,” kata dia.
Jebolan Fakultas Hukum Universitas Jambi pada 1998 lalu itu, tak pernah kepikiran bakal menggeluti usaha ini. Menjual sepatu bekas. Omsetnya menjanjikan. Satu toko, omsetnya bisa mencapai Rp 15 juta.
Awalnya, Ifko pernah mendaftar di Kejari Jambi. Gagal. Kemudian kerja di bidang minyak. Lalu berhenti. Dari situ, pada 2020 lalu, dia mencoba untuk menjual sepatu bekas. Ini dipilihnya, karena lebih bebas dan tak terikat.
Rupanya hasilnya menjanjikan. Bisnisnya berawal dari emperan Pasar Angso Duo. Lama-lama, dia berani membuka toko. Lalu buka cabang di daerah Kasang, dan cabang terakhirnya di Kenali Asam Atas. Agar bisa berbagi informasi, dia juga menjalin kerja sama dengan sesama pedagang sepatu di Jambi.
Pria asal Pekanbaru ini, juga merasakan dampak pandemi Covid-19. “Terasa sekali,” kata dia. Omsetnya turun sampai 50 persen. “Selama PPKM, saya tidak mendapatkan uang sepeser pun lantaran pemerintah menghimbau agar toko pakaian dan sepatu diharuskan tutup seminggu, guna untuk mengurangi potensi Covid-19 semakin bertambah banyak, saya sebagai masyarakat hanya bisa mengikuti peraturan saja,” kata ayah dari dua anak itu.
Sepatu yang dijualnya memiliki beragam merk. Tinggal pilih. Masalah harga, bisa nego. Mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 400 ribu.
Sepatu-sepatu ini sendiri diambil langsung dari agennya di Dubai dan di Medan. Dia juga kerap mengambil langsungd ari Thailand, Vietnam, China, dan beberapa tempat lainnya.
“Sayo sudah ngerasoin nian suka dukanya berjualan sepatu, kadang ramai kadang sepi, pendapatan terkadang tak menentu. Tapi semua kan sudah menjadi resiko sebagai pedagang,” kata dia, semangat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: