Farida Memanfaatkan Sosial Media
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, MUARASABAK, JAMBI - Dampak Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi hampir dua tahun ini sangat dirasakan oleh banyak masyarakat. Bukan hanya sakit yang di akibatkan oleh virus tersebut, berimbas juga pada ekonomi dan usaha masyarakat. Usaha kecil kuliner hasil olahan rumah tangga harus berjuang bertahan di tengah pandemi.
Farida contohnya, wanita 34 tahun asal Kecamatan Kualajambi, Kabupaten Tanjab Timur ini mampu membuat usaha kerupuk olahan rumah tangga. Bahkan usaha itu bertahan meski sempat hampir terpuruk.
Saat di jumpai Jambi Independent di kediamannya yang berhadapan langsung dengan laut Kualajambi ini, wanita berdarah asli mengaku sudah menggeletuti usahany asejak tahun 2016.
Keahlian membuat kerupuk keletek dan kerupuk goreng berbahan udang ia peroleh secara otodidak. Dahulunya ia pernah melihat saudara membuat olahan itu akan tetapi hanya bukan untuk dijualan, melainkan hanya untuk cemilan untuk hari raya.
"Awal mulanya saya buat kerupuk ini belajar dari keluarga. Terus saya coba-coba lah buat sendiri untuk cemilan di rumah, ternyata bisa dan kata keluarga saya rasanya enak," ucap Farida. Seketika terlintas untuk mencoba membuat kuliner olahan itu sebagai produk menambah ekonomi keluarga.
Berkat keyakinan dan kualitas bahan olahannya yang cukup baik dengan rasa yang enak, hal itu ternyata bisa menjadi promosi gratis dari mulut kemulut yang akhirnya memikat pembeli untuk datang memesan kerupuk buatannya tersebut hingga bisa eksis sampai saat ini.
Pasang surut usaha ini juga pernah dirasakannya. Di saat wabah Covid-19 berimbas hingga Kabupaten Tanjab Timur. Omset penjualan kerupuk ibu dari dua orang anak itu mengalami penurunan akibat kurangnnya pesanan.
Hal itu mungkin terjadi akibat masyarakat takut untuk mengkonsumsi makanan yang bukan hasil buatan sendiri karena khawatir akan kesehatan di tengah masa pandemi Covid-19.
"Kalau omset jualan saya ini tidak bisa dipastikan, karena tergantung pesanan. Tapi sejak heboh-hebohnya Covid-19, terasa kalau jumlah jauh berkurang, mungkin sekitar 50 persen turunnya," ucap istri dari seorang nelayan tradisional ini.
Berkat ketekunan yang kuat dan ide untuk bertahan dari himpitan keadaan di tengah pandemi Covid-19, dirinya terus membuat olahan tersebut di kediaannnya yang berbentuk semi permanen dengan ciri khas rumah pesisir yaitu lebar sekitar 4 meter dan badan rumah yang memanjang kebelakang.
"Saye cukup terbantu dengan adanya sosial media seperti Facebook dan Whatsapp untuk pemasaran olahan kerupuk saye ini. Sebab, dari seringnya saye posting di sosial media itu akhirnya sedikit demi sedikit pesanan mulai ada lagi," ujar Farida.
"Paling banyak pesanan kerupuk saye ini datang dari Kabupaten Tanjab Timur dan Kota Jambi. Tapi ada juge orang yang mesan dari luar kota, seperti dari Sulawesi dan Jakarta, karena melihat postingan saye di Sosmed atau pesanan dari jeluarga di sana," tambahnya. (pan(ira)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: