Kisah Lurah Budiman: Urus Puluhan Kambing Sebelum Mengabdi ke Masyarakat
Suryadi, tak hanya mengurusi soal kedinasan saja. Kecintaannya terhadap hewan, tak membuat pria kelahiran 17 Maret 1982 ini malu untuk bergelut langsung, memberi makan, membersihkan kandang, dan memandikan kambing-kambing piaraannya.
Dirinya mengatakan, memang sengaja membagi waktu antara tugasnya sebagai lurah, dengan kecintaannya untuk beternak kambing. Setiap hari, kata dia usai salat subuh, dirinya akan langsung memberi makan puluhan ekor kambing yang ada di rumahnya, di kawasan Jalan Raden Wijaya, Lorong Bunga, Kelurahan Handil Jaya. Kemudian akan dilanjutkan bekerja, mengabdi kepada masyarakat, sebagaimana tugas seorang lurah.
BACA JUGA : Kisah Lurah Budiman: Mantan Pejudi, Kini Sukses Ternak Kambing
“Antara jabatan dan beternak kambing tidak boleh berbentur. Harus berjalan dan sejalan. Saya tidak mau ternak kambing ini mengganggu aktivitas saya melayani masyarakat,” kata Yadi, saat disambangi Jambi Independent di ruang kerjanya, Jumat (21/1).
Ayah dari dua orang anak lelaki ini mengatakan, sore hari usai pulang kerja, ia kembali akan memberi pakan untuk 20 ekor kambing yang ia rawat sendiri. Sebenarnya, bisa saja ia mempekerjakan orang untuk merawat kambing yang dipelihara di rumahnya. Namun, menurut Yadi, ada yang kurang jika tak mengurus kambing.
“Kayak ada yang kurang. Jadi kambing yang ada di rumah memang diurus sendiri, setiap hari. Paling untuk bersih-bersih dalam skala besar, dilakukan di weekend,” ujarnya.
Suryadi menyebut, meski dipelihara di rumah, namun kandang yang ia gunakan dengan sistem modern, sehingga bau kotoran kambing tak mengganggu masyarakat. Tak hanya untuk jual beli, namun bisnis kambing ini juga untuk diternakkan. Setidaknya ada 15 indukan yang saat ini ada di rumahnya. Meski beternak di rumah, ia juga membeli kambing dari pedagang-pedagang kecil. Ini upayanya untuk membantu perekonomian masyarakat.
Tak hanya di rumah saja, namun ternak kambingnya terbilang cukup sukses. Di kawasan Suakkandis, Muarojambi ada pula puluhan kambing miliknya, yang biasanya akan dikeluarkan jika ada permintaan untuk aqiqah atau kurban di hari raya Idul Adha.
“Di Suakkandis ini dirawat oleh penjaganya, dengan sistem bagi hasil. Dan biasanya memang disiapkan untuk satu tahun, baru dikeluarkan. Jadi di sini lebih kepada penggemukan,” katanya.
Dalam sebulan, setidaknya ia mampu menjual 10-15 ekor paling sedikit, dan 80 ekor saat banyak permintaan.
“Untungnya satu ekor kambing Rp 200 sampai Rp 300 ribu,” katanya.
Ke depan, ia ingin mengembangkan bisnis ini tak hanya jual beli dan ternak. Namun juga mulai menyediakan jasa potong dan juga catering. Sehingga masyarakat dapat langsung menikmati olahan kambing. (tav/enn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: