Order Tangan dan Plasenta Manusia, Arnold Putra Berurusan dengan Polisi Federal Brasil

Order Tangan dan Plasenta Manusia, Arnold Putra Berurusan dengan Polisi Federal Brasil

BACA JUGA: Makin Panas, Vladimir Putin Akui Kemerdekaan Donetsk dan Lugansk

Kabarnya, tulang tersebut berasal dari jenazah seorang anak sebuah suku kuno yang tidak disebutkan namanya. 

Yang jelas, tas yang dimodifikasi dengan warna putih tersebut dijual seharga 5.000 US Dollar. 

Netizen yang penasaran langsung mengulik sepak terjang Arnold Putra.

Dari akun Instagram @byarnoldputra, warganet menjumpai beberapa foto-foto yang dinilai menyeramkan. 

Sejumlah foto-foto lain juga diperoleh dari aku Twitter @SuperiorGab. 

BACA JUGA: Elektabilitas Ganjar Duduki Posisi Kedua Setelah Prabowo

"Gila2nya yaa masa buat designer pake organ manusia (tangan dan placenta)  dan ketauan oleh pihak kepolisian Brazil. Dan sebelumnya doi juga make tulang belakang manusia dari seorang anak yang sakit osteoporosis. GILAAA Arnold Putra," cuit @kepitingcrspy. 

Hal senada disampaikan akun @nandarafidhaa. Dia menulis: "Arnold putra itu manusia atau bukan? Udah ginikan binatang, terus sekarang mau jadikan manusia buat karya dia juga? Stress."                                                                        

Seperti diberitakan, Kepolisian Brasil berhasil membongkar sindakat kasus penjualan organ manusia lintas internasional. 

Kabarnya, salah satu desainer ternama asal Indonesia berinisal AP ikut terlibat dalam pemesanan paket organ manusia itu dari Brasil.

BACA JUGA: Fadli Zon Istighfar, Tau Menag Yaqut Cholil Bandingkan Pengeras Suara dengan Gonggongan Anjing

"Paket dari Manaus berisi potongan tubuh manusia itu dipesan oleh desainer Indonesia berinisial AP," demikian laporan yang diterima oleh Vice World News dari salah satu sumber polisi, dikutip Kamis (24/2/2022).

Menurut kabar yang beredar, AP beberapa kali menuai kontroversi, salah satunya karena pernah membuat tas jinjing dari bahan tulang manusia. 

AP saat itu berdalih jika tas dari bahan tulang tersebut didapatkan dari sumber yang "etis", serta dilengkapi surat resmi otoritas medis di Kanada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: