Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita Di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci
Risk Factors for Stunting in Toddlers at Puskesmas Pelompek, Kerinci Regency
Hesti Nugraheni*1, Ratna Sari Dewi2, Hamdani3
1,2,3Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapa Ibu Jambi, Jambi
*Korespondensi Penulis : 1hestinugraheni09@gmail.com
ABSTRAK
Data Dinkes Provinsi Jambi di tahun 2018, prevalensi balita sangat pendek dan pendek (Stunting) menurut Kabupaten di Provinsi Jambi adalah tertinggi di Kabupaten Kerinci sebesar 35,0% dengan prevalensi sangat pendek 12,1% dan pendek 22,9%. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko kejadian Stunting pada Balita di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan analitik menggunakan desain case control. Sampel kasus adalah ibu balita yang menderita stunting, sampel kontrol adalah ibu balita yang tidak menderita stunting. Instrumen penelitian adalah kuesioner dan lembar observasi. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43,3% responden memiliki balita menderita penyakit infeksi, 26,7% responden memiliki pengetahuan kurang baik, 8,3% responden memiliki akses air bersih risiko sedang dan 75% responden memiliki akses sanitasi risiko sedang. Ada hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi (p=0,019; OR=4,125), pengetahuan (p=0,041; OR=4,33) dan akses sanitasi (p=0,017; OR=6,0) dengan kejadian stunting di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci Tahun 2020. Tidak ada hubungan yang signifikan antara akses air bersih dengan kejadian stunting di Puskesmas Pelompek Kabupaten Kerinci Tahun 2020 (p=0,052). Diharapkan puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu balita tentang bahaya penyakit infeksi dan bagaimana mencegah penyakit infeksi sehingga jika masyarakat mengetahui hal tersebut maka dapat menurunkan prevalensi stunting
Kata Kunci : Kejadian Stunting, Penyakit Infeksi, Pengetahuan, Akses Air Bersih, Akses Sanitasi
Abstract
Data from the Jambi Provincial Health Office in 2018, the prevalence of very short and short children under five (stunting) according to districts in Jambi Province was the highest in Kerinci Regency at 35.0% with a very short prevalence of 12.1% and 22.9% stunting. The research objective was to determine the risk factors for stunting in children under five at Puskesmas Pelompek, Kerinci Regency. This research is a quantitative study with an analytical approach using a case control design. The sample of cases were mothers of children under five who were stunted, and the control sample was mothers of infants who were not stunted. The research instrument was a questionnaire and observation sheet. Data analysis used univariate and bivariate analysis with the chi-square test. The results showed that as many as 43.3% of respondents had children under five suffering from infectious diseases, 26.7% of respondents had poor knowledge, 8.3% of respondents had medium risk access to clean water and 75% of respondents had moderate risk access to sanitation. There is a significant relationship between infectious diseases (p = 0.019; OR = 4.125), knowledge (p = 0.041; OR = 4.33) and access to sanitation (p = 0.017; OR = 6.0) with the incidence of stunting at the Pelompek District Health Center Kerinci 2020. There was no significant relationship between access to clean water and the incidence of stunting at Puskesmas Pelompek Kerinci Regency in 2020 (p = 0.052). It is hoped that the puskesmas will provide education to mothers of children under five about the dangers of infectious diseases and how to prevent infectious diseases so that if the public knows this, it can reduce the prevalence of stunting.
Keywords: Incidence of Stunting, Infectious Diseases, Knowledge, Access to Clean Water, Access to Sanitation
PENDAHULUAN
Stunting dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang berat bila prevalensi stunting berada pada rentang 30-39%. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang mengalami masalah kesehatan masyarakat yang berat dalam kasus balita stunting. Secara global, sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting (UNICEF, 2013). Berdasarkan Riskesdas 2018 proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada baduta menurut provinsi angka kejadian baduta pendek di Indonesia sebanyak 17,1% dan sangat pendek 12,8% dengan total keseluruhan 29,9%. Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia terdapat 18 Provinsi dengan prevalensi tinggi 30% - < 40% dimana yang salah satu dari 18 Provinsi tersebut adalah Provinsi Jambi sebanyak 32% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi Tahun 2017 cakupan penderita stunting sebanyak 25.2% dengan cakupan tertinggi terdapat di Kabupaten Sarolangun sebanyak 37.3%, Kerinci 35.0% sedangkan dikabupaten Bungo terdapat 21.9% (Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, 2017). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci tahun 2020 kejadian stunting sebanyak 874 balita (5.5%). Dari 21 Puskesmas yang ada di Kabupaten Kerinci kejadian stunting tertinggi terdapat di Puskesmas Siulak Mukai yaitu sebanyak 135 kasus (17.9%) dan diikuti dengan Puskesmas Pelompek yaitu sebanyak 149 kasus (11.5%). Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pelompek pada tahun 2020 jumlah balita pendek sebanyak 149 balita (11.5%) dan balita sangat pendek sebanyak 37 balita (3.27%).
Anak yang kurang mendapatkan asupan gizi pertumbuhan dan perkembangannya terhambat daripada anak yang mendapat asupan gizi yang cukup. Pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan balita rendah, perkembangan otak, tingkat kecerdasan, dan psikis juga rendah serta rentan terhadap infeksi (Hasdianah, 2014). Stunting pada balita perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan status kesehatan pada anak. Anak yang mengalami stunting memiliki kemungkinan lebih besar tumbuh menjadi individu dewasa yang tidak sehat. Stunting pada ank juga berhubungan dengan peningkatan kerentanan anak terhadap penyakit menular maupun tidak menular (PTM). Kasus stunting pada anak dapat dijadikan prediktor rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu Negara. Keadaan stunting menyebabkan buruknya kemampuan kognitif, rendahnya prokdutivitas, serta meningkatnya risiko penyakit.