Oleh : Dr. Noviardi Ferzi
Penghapusan bensin Premium di Indonesia menjadi sebuah dilema, di satu sisi kualitas BBM jenis Premium ini buruk bagi lingkungan, namun di sisi lain daya beli masyarakat akan terpukul jika tiba-tiba Premium ini dihapus.
Saat ini pemerintah memang berupaya mendorong penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang ramah lingkungan dengan strategi transisi dari bensin Premium (RON 88) ke Pertalite (RON 90), yang kemudian dilanjutkan shifting dari Pertalite ke Pertamax.
Dalam kacamata kelestarian lingkungan perubahan dari Premium ke Pertalite akan mampu menurunkan kadar emisi CO2 sebesar 14%, untuk selanjutnya dengan perubahan ke Pertamax akan menurunkan kembali emisi CO2 sebesar 27%.
Pilihan ini memang dilematis, ada plus minusnya. Plusnya kita tahu, dari sisi lingkungan yang akan lebih bersih sesuai standar emisi negara maju, dan daya tarik anggarannya, penghapusan ini akan mengurangi beban APBN untuk belanja atau biaya kompensasi BBM Premium.
Keputusan menghapus bahan bakar jenis premium dan pertalite ini menimbulkan pro kontra di masyarakat. Sejumlah pengemudi ojek online dan taksi menolak rencana penghapusan dua jenis BBM tersebut, karena akan memberatkan secara ekonomi jika menggunakan jenis yang lebih mahal.
Sementara, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, rencana itu "lebih dipengaruhi dengan motif ekonomi yang dibungkus alasan lingkungan. Dari sisi ekonomi rencana itu sebagai upaya ekonomi untuk melakukan penghematan akibat membengkaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Namun di sisi yang lain, rencana tersebut berpotensi menyebabkan inflasi yang tinggi di masyarakat.
Tentu saja ada yang pro akan rencana ini seperti Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), yang menilai rencana penghapusan itu karena dapat membuat masyarakat lebih rasional menggunakan BBM, dan juga memperbaiki lingkungan.
Terlepas dari pro dan kontra, pemerintah harus menghitung dengan cermat dampak ekonomi dan sosial apakah dampaknya lebih besar. Sehingga memerlukan kajian dan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.
Saat ini Indonesia mau tak mau memasuki masa transisi di mana Premium akan digantikan dengan Pertalite, sebelum akhirnya akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan.
Pemerintah tengah menyusun roadmap BBM ramah lingkungan di mana nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan BBM yang kualitasnya lebih baik. Dengan roadmap ini, ada tata waktu kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan.
Perlu juga diingat pasca Pandemi, tahun depan akan menjadi masa untuk pemulihan (recovery) ekonomi. Daya beli masyarakat saat ini menurutnya belum sepenuhnya pulih. Untuk itu, daya beli masyarakat juga perlu diperhitungkan untuk menggenjot produktivitas.
Jika tiba-tiba Premium dihapus, maka masyarakat harus beralih ke BBM dengan nilai oktan (RON) lebih tinggi seperti Pertalite atau Pertamax. Kenaikan biaya BBM yang harus dikeluarkan masyarakat akan bertransmisi juga pada kenaikan harga produksi. Ujungnya, bisa berdampak pada kenaikan inflasi.
Antisipasi Dampak menghapus Premium dan Pertalite
Pemerintah perlu mewaspadai atas efek domino yang akan muncul dari rencana penghentian penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite dari pasaran. Perlu adanya mitigasi yang disiapkan pemerintah untuk bisa merealisasikan rencana itu.