Meskipun berbagai indikator perekonomian nasional telah menunjukan tren pemulihan yang cukup atraktif, namun pada tahun 2022 dunia dihadapkan pada tantangan multidimensi yang memiliki kompleksitas tinggi yakni The Perfect Storm atau 5C yakni Covid-19, Conflict, Climate Change, Commodity Prices, dan Cost of Living.
Krisis dan ketidakpastian global tersebut berdampak pada disrupsi rantai pasok global serta menyebabkan krisis pangan, energi, dan keuangan. Lembaga IMF juga telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 dari 3,6% menjadi 3,2% dan memproyeksikan inflasi yang lebih tinggi.
Pemerintah memberikan respon yang cepat terhadap kondisi krisis global tersebut dan terus melanjutkan upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional.
Bauran kebijakan extraordinary yang diambil Pemerintah membuahkan kinerja impresif dengan pertumbuhan ekonomi yang mencapai sebesar 5,01% (yoy) pada Q1-2022 dan terus melanjutkan performanya pada Q2-2022 yang tercatat sebesar 5,44% (yoy), bahkan berdasarkan PDB harga konstan sebesar Rp2.924 triliun pada Q2-2022 tersebut mampu melampaui capaian sebelum pandemi.
“Pertumbuhan ekonomi kita extraordinary dan mampu mencapai 5,44%, lebih baik dari banyak negara lainnya. Hal tersebut dapat kita capai karena kita menangani Covid-19 dengan jalur yang berbeda dari negara lain,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi pada Q2-2022 didukung dengan capaian tertinggi pada sisi produksi yang berasal dari lapangan usaha transportasi dan perdagangan yang meningkat 21,27% (yoy).
Sedangkan pada sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor barang dan jasa yang meningkat hingga 19,74% (yoy) dengan adanya peningkatan harga komoditas serta penguatan kapasitas output.
Capaian tertinggi disusul Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,51% (yoy) yang mengindikasikan pulihnya optimisme dan daya beli masyarakat pasca pandemi.
Peningkatan nilai ekspor memberikan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi sekaligus memperlihatkan capaian surplus neraca perdagangan.
Pada Q1-2022, neraca perdagangan tercatat mengalami surplus sebesar USD9.33 miliar dan pada Q2-2022 menorehkan surplus sebesar USD15.55 miliar atau meningkat 148,01% (yoy).
Neraca perdagangan Indonesia telah konstan mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut dengan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia pada bulan April 2022 dengan nilai ekspor mencapai USD7.56 miliar.
Dengan terjaganya stabilitas surplus neraca perdagangan, tingginya cadangan devisa, dan rasio utang yang masih berada pada level aman dapat diindikasikan bahwa sektor eksternal Indonesia tumbuh dengan baik dan terkendali.(rls/muz)