JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Pemerintah berencana akan merubah status BSI menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Namun pakar perbankan dari FEB UGM DR Eddy Junarsin menilai perubahan status tersebut kurang bijaksana.
Dikatakannya bahwa jika ingin merubah status BSI menjadi BUMN,maka perubahan status tersebut menuntut pemerintah harus menganggarkan dana belasan triliun rupiah untuk menjadi pemegang saham mayoritas di BSI.
Sehingga hal tersebut dinilai tidak tepat untuk dilakukan pada saat ini.
BACA JUGA:Tingkatkan Ekonomi, Airlangga Sebut Hilirisasi Komoditas Perkebunan Mampu Ciptakan Lapangan Kerja
Eddy menyatakan, dirinya mendukung BSI menjadi bank BUMN sejajar dengan sejumlah bank Himbara lainnya, seperti BRI, Mandiri, BNI dan BTN.
Namun, mengingat kondisi keuangan negara yang sangat terbatas, dan masih banyak BUMN lainnya yang tengah dibelit kesulitan keuangan, akan lebih bijak perubahan status BSI menunggu longgarnya kondisi keuangan negara dan pulihnya perekonomian nasional seperti dikutip dari JPNN.com
“Status BSI menjadi BUMN adalah sebuah keniscayaan. Namun, saya ingatkan pemerintah jangan tergesa-gesa, karena harus memperhatikan banyak hal, agar perubahan status berjalan baik,” ujar Eddy Junarsin.
Doktor jebolan Southern Illinois University Carbondale US ini mengatakan, situasi ekonomi sekarang sedang panas.
BACA JUGA:Lesty Kejora Jalani Visum Didampingi Pengacara
BACA JUGA:Jutaan Unit iPhone 14 Batal Dirakit, Apa Alasannya?
Dampak pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina menjadi sebagian dari pemicu kemungkinan terjadinya resesi ekonomi global. Saat ini, tingkat inflasi di Amerika dan Eropa melonjak tinggi.
Sehingga, Sebagian besar negara yang menjadi tujuan ekspor Indonesia, sedang ‘sakit’ dan hal itu berdampak pada penurunan permintaan barang-barang asal Indonesia.
Saat ini, semua negara lebih concern untuk memulihkan perekonomiannya masing-masing, dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mengamankan situasi ekonomi. Termasuk Indonesia, saya kira harus berhati-hati menghadapi ancaman resesi ekonomi ini," kata Eddy.
Selain ancaman resesi ekonomi, Eddy juga mengingatkan ada sejumlah BUMN yang sekarang ini dalam kondisi sulit, salah satunya maskapai Garuda Indonesia, yang dibelit utang triliunan rupiah.
BACA JUGA:Promo Boom Sale di Ace Hardware Hingga 70 Persen
BACA JUGA:Jutaan Unit iPhone 14 Batal Dirakit, Apa Alasannya?
Pemerintah, lebih baik fokus menyehatkan BUMN yang sudah ada, ketimbang mendirikan BUMN baru dalam situasi seperti sekarang.
Pembenahan BUMN sakit, akan menjadi langkah strategis. *