Dalam beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan inflasi didorong fenomena nonmoneter. Ditilik dari sumbernya, inflasi lebih didorong sektor pangan (volatile foods) dan barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered goods).
Bagi rakyat, terutama yang miskin, instabilitas harga pangan akan mengekspos mereka pada posisi rentan.
Warga miskin di perdesaan membelanjakan 74% pendapatan keluarga untuk pangan. Dari semua jenis pangan, beras paling dominan, menguras 32% pendapatan keluarga miskin perdesaan.
Jika harga pangan, terutama beras naik, mereka harus merelokasikan keranjang belanja guna mengamankan isi perut.
Cara pertama, memangkas dana pendidikan dan kesehatan. Jika cara ini belum cukup, jumlah dan frekuensi makan dikurangi. Selain itu Jenis pangan murah jadi pilihan. Jika ini terjadi jangan heran inflasi pangan akan membuat angka putus sekolah meningkat dan kurang gizi.
Dampaknya, konsumsi energi dan protein menurun. Bagi orang dewasa, ini berpengaruh pada produktivitas kerja dan kesehatan.
BACA JUGA:Zodiak Kamu, 01 November 2022, Aries, Orang-Orang Akan Mendengarkan Anda Lebih Dari Biasanya
Buat ibu hamil/menyusui dan balita, akan memperburuk kecerdasan anak.Harus diakui, Indonesia tergolong tertinggal dalam pengaturan pangan, terutama pengendalian harga.Tidak usah jauh-jauh, dengan provinsi tetangga saja, kita ketinggalan.*