Pada masa pemerintahan kolonial Belanda masjid ini dirubah namanya menjadi Masjid Agung.
Karena melihat keagungan masjid ini dan nama itu masih digunakan hingga masa kemerdekaan sampai beberapa tahun terakhir ini masjid ini secara resmi diganti namanya oleh Yayasan Masjid Agung Palembang menjadi Masjid Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo.
BACA JUGA:3 Jenis Kanker ini Siap Menyerang Jika Terbiasa Hidup Tidak Bersih
Ada satu hal unik menurut cerita sejarah antara Masjid Sultan ini dengan Keraton Kuto Besak.
Yakni adanya akses jalan bawah tanah yang menghubungkan antara Masjid dengan Kraton yang khusus digunakan oleh Sultan ketika hendak Salat.
Namun akses jalan tersebut belum pernah terbukti secara ilmiah melalui penelitian arekologi.
Alhamdulillah masjid ini masih bisa kita saksikan kecindoannya dan masih bisa kita gunakan untuk khusyu' ketika kita bermunajat kepada Allah.
Semoga masjid ini dan Benteng Kraton Kuto Besak tetap senantiasa lestari sampai generasi selanjutnya sebagi bukti keagungan Kesultanan Palembang Darussalam sebagai salah satu Negeri yang Islami di semenanjung Jazirah Melayu.*
Artikel ini sudah tayang di Palpres.com, dengan judul 3 Masjid Peninggalan Kesultanan Palembang Darussalam, Begini Sejarahnya