Disebutkan, Pertalite sangat tepat digunakan oleh kendaraan dengan kompresi 9:1 hingga 10:1.
BACA JUGA:HUT Kodam II/Sriwijaya, Korem 042/Gapu Ziarah di TMP Satria Bhakti
BACA JUGA:Siaga Bencana Hidrometeorologi, Ini yang Disiapkan Polda Jambi
Bahan bakar Pertalite memiliki angka oktan yang lebih tinggi daripada bahan bakar Premium 88, sehingga lebih tepat digunakan untuk kendaraan bermesin bensin yang saat ini beredar di Indonesia.
Dengan tambahan additive, Pertalite mampu menempuh jarak yang lebih jauh dengan tetap memastikan kualitas dan harga yang terjangkau.
PT Pertamina (Persero) menegaskan sudah tidak menjual bahan bakar minyak (BBM) RON 88 alias premium sejak 2021 lalu.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyatakan bahwa saat ini, pihaknya sedang melakukan review terkait penyesuaian harga BBM tersebut. "Masih kita review," tandas Irto kepada CNBC Indonesia.
BACA JUGA:Terungkap, Spesialis Pembobol Alfamart di Jambi Ini Beraksi di 31 TKP
BACA JUGA:Kapan Jalan Tol Betung-Jambi Mulai Dibangun? Ini Perkembangannya
Seperti diketahui, pergerakan kurs Rupiah juga menjadi faktor dari penentuan harga BBM khususnya BBM non subsidi.
Saat ini, Kurs rupiah terlibas dolar Amerika Serikat (AS) hingga pada pertengahan perdagangan Kamis (29/12/2022), bahkan menjadi mata uang yang terkoreksi paling tajam di Asia. Padahal, mayoritas mata uang di Asia sukses menguat.
Mengacu pada data Refinitiv, seperti dikutip dari sumeks.co dari cnbcindonesia.com, pada pembukaan perdagangan rupiah terkoreksi 0,26% ke Rp 15.740/US$. Kemudian, rupiah sukses memangkas koreksinya menjadi hanya sebesar 0,19% ke Rp 15.730/US$ pada pukul 11:00 WIB. Mata Uang Garuda bahkan menyentuh rekor terlemah tahun ini.
Badan Usaha penyedia Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya akan melakukan penyesuaian harga BBM per tanggal 1, khususnya harga BBM non subsidi.
BACA JUGA:36 Personel Polres Sarolangun Terima Kenaikan Pangkat
Penyesuaian harga itu dilihat berdasarkan harga minyak mentah dunia terkini.