Permainan yang pernah populer pada 1960 hingga 1970-an itu juga melatih ketepatan yakni bagaimana seorang anak bisa memperkirakan bola ini bisa bertemu, konsentrasi, dan keseimbangan.
BACA JUGA:Ferry Irawan Bantah Lakukan KDRT dan Tak Nafkahi Venna Melinda
BACA JUGA:Makanan ini Disinyalir dapat Timbulkan Jerawat, ada Keripik Kentang
Menurut Bernie, anak usia sekolah dan remaja termasuk yang dibolehkan memainkannya karena tahu bahayanya dan memiliki kemampuan untuk mengontrol yakni motor halus dan kasar.
"Pada usia sekolah atau usia remaja tentunya boleh. Tetapi, ada pendampingan orang tua. Jadi, anak mengerti. Atau kalau belum terampil jangan terlalu kencang dulu nanti bisa mencederai diri sendiri," kata Bernie.
Di sisi lain, orang tua perlu tetap melakukan pendampingan serta memilih bahan lato-lato agar tak membahayakan anak, semisal bukan dari bahan mudah pecah seperti di masa lalu.
Bernie mengatakan, jika semakin cepat dan kuat kedua bola berbahan mudah pecah dibenturkan, maka akan menyebabkan menyebabkan luka.
BACA JUGA:Mantan Direktur RSUD Kolonel Abunjani Bangko Dituntut 6,5 Tahun Penjara
BACA JUGA:Gaji PPK Rp 2 Jutaan, PPS Rp 1 Jutaan, Ini Perbedaan Tugas, Wewenang dan Honor Keduanya
"Dulu dibuat dari glass, kemudian diganti dengan bahan yang lebih aman. Kalau bahannya aman itu tidak apa-apa. Bagaimana bisa menyebabkan lebam? Kalau mengenai tubuh anak itu akan mudah lebam," tegas dr. Bernie. *