Lokasi pengolahan sabut kelapa itu sendiri telah melakukan uji coba produksi cocofiber dan cocopeat.
BACA JUGA:Resep Sederhana Opor Ayam dengan Kuah Santan yang Kuning, Kental, dan Gurih
BACA JUGA:Catat, 7 Waktu Mustajab di Bulan Ramadhan, Perbanyak Doa dan Ibadah
Akan tetapi, saat ini mereka masih terbentur dengan sistem pemasaran hasil olahan tersebut.
"Wacana awalnya, untuk cocopeat ini, kami dari pihak BUMDes mau ada kesepakatan dengan pihak WKS, yang difasilitasi atau dijembatani oleh pihak Dinas terkait di Pemkab Tanjab Timur, untuk pengurusan kontraknya, dan saat ini masih berjalan prosesnya. Sedangkan untuk cocofiber, akan di ekspor ke Lampung," ungkap Halal.
Dirinya juga menuturkan, hasil olahan sabut kelapa ini juga telah melewati uji laboratorium. Bahkan, uji lab tersebut juga sudah dilakukan di Jakarta, dan hasilnya pun telah sesuai dengan harapan.
"Saat ini kami tinggal menunggu permintaan pasar, kualitasnya seperti apa," singkatnya.
BACA JUGA:Rekomendasi Menu Berbuka Puasa dengan Bahan Dasar Kelapa Muda
Untuk saat ini, dalam satu hari, lokasi pengolahan itu mampu mengolah sekitar satu ton sabut kelapa untuk dijadikan cocopeat dan cocofiber.
Tetapi saat ini mereka masih tersendat oleh dana produksi dan dana operasional untuk lima pekerja pengolahan sabut kelapa tersebut.
"Selain itu, faktor cuaca juga menjadi salah satu penentu untuk produksi kami. Soalnya cocofiber ini kalau sudah diproduksi, harus di jemur dulu baru dimasukkan ke dalam mesin pres," pungkasnya.*