Kemudian, pihak keluarga juga melihat si santriwati tidak seriang dulu, seperti sebelum masuk ke Ponpes Al Zaytun.
Ustadz Herri Pras menyebutkan, pihak keluarga masih mentolerir karena menduga bahwa sang anak yang sudah tiga tahun berada di Ponpes Al Zaytun dalam kondisi kelelahan.
Namun keesokan harinya, sebuah tragedi terjadi di keluarga itu, bermula saat santriwati Ponpes Al Zaytun tersebut terlihat celingukan dan kebingungan mencari sesuatu.
BACA JUGA:Wamenaker Afriansyah Noor Buka Pelatihan Dunia Usaha dan Dunia Industri Tahun 2023 di Kenara Kafe
BACA JUGA:Waduh! Harga Telur di Pasar Atas Muara Bungo Melonjak Naik, Jadi Segini
Ternyata, satriwati tersebut tengah mencari bajunya yang tiba-tiba hilang. Ia lalu bertanya kepada ibunya.
Si ibu lalu menjawab bahwa baju sang anak sedang dicuci karena susah kotor.
Ustadz Herri Pras melanjutkan, mendengan jawaban dari sang ibu santriwati tersebut tiba-tiba marah.
Santriwati Ponpes Al Zaytun itu lantas membentak sang ibu, dan menyebut ibunya tersebut kafir.
BACA JUGA:Asah Skill Mahasiswa dalam Menulis, Ganjar Milenial Center Gelar Pelatihan Jurnalistik
"Ibu berani-beraninya megang baju saya. Ibu kan masih kafir, masih najis. Kok baju saya dinajisin sama ibu," kata Ustadz Herri Pras.
Mendengar bentakan dari sang anak, si ibu dengan berat hati lantas mengambil baju anak tersebut yang sedang dicuci, lalu mengembalikannya.
Kemudian oleh sang anak baju itu dibakar gara-gara ibunya masih kafir katanya.
Lalu sang ibu pun bertanya ke anaknya kenapa dirinya dikatain kafir oleh anaknya sendiri.
BACA JUGA:Jumat Curhat, Polres Bungo Dengar Keluhan Masyarakat Taman Agung