JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Suatu hari yang cerah, Raja Harun Al-Rasyid dan para pengawalnya meninggalkan istana untuk berburu.
Namun, di tengah perjalanan, salah satu pejabat kerajaan yang bernama Abu Jahil menyusul dengan terengah-engah di, atas kudanya.
“Baginda, Baginda hamba mau mengusulkan sesuatu,” kata Abu Jahii sambii mendekati sang Raja. “Apa usulmu wahai Abu Jahil?” tanya Baginda Raja:
“Agar acara berburu ini lebih menarik dan disaksikan banyak penduduk, bagaimana kalau kita sayembarakan saja?” ujar Abu Jahil dengan raut wajah serius.
BACA JUGA:Diduga Melangsir BBM Bersubsidi Solar di SPBU Cadika, 8 Kendaraan Roda 4 Diamankan
BACA JUGA:BEW! Panji Gumilang Sarankan Indonesia Buka Hubungan Diplomatik dengan Israel, Biar Jadi Negara Maju
Baginda Raja terdiam sejenak dan mengangguk-angguk. “Hamba ingin beradu ketangkasan dengan Abu Nawas, dan nanti pemenangnya akan mendapatkan sepundi uang emas. Tapi, kalau kalah, hukumannya adalah dengan memandikan kuda-kuda istana selama 1 bulan,” tutur Abu Jahil meyakinkan Baginda Raja.
Akhirnya sang Raja menyetujui usulan Abu Jahil tersebut. Hitung-hitung sayembara itu akan memberikan hiburan kepadanya. Maka, dipanggillah Abu Nawas untuk menghadap kepadanya.
Abu Nawas pun segera menghadap Raja Harun. Ia diberi petunjuk panjang lebar oleh Baginda Raja. Pada awalnya, Abu nawas menolak sayembara tersebut karena ia tahu bahwa semua ini adalah akal licik dari Abu Jahil yang ingin menyingkirkannya dari istana.
Tapi Baginda Raja Harun memaksa, dan Abu Nawas tidak bisa menolak. Abu nawas berpikir sejenak. Ia tahu kalau Abu Jahil sekarang diangkat menjadi pejabat istana. la pasti mengerahkan semua anak buahnya untuk menyumbang seekor binatang buruannya di hutan nanti.
BACA JUGA:Tanda-tanda Orang Cerdas dari Caranya Mengatasi Masalah
BACA JUGA:Deretan Zodiak yang Kurang Bisa Dipercaya karena Terlalu Santai
Namun, karena kecerdikannya. Abu Nawas tersenyum riang. Abu Jahil yang melihat perubahan raut muka Abu Nawas menjadi penasaran dibuatnya. “Mana mungkin Abu Nawas bisa mengalahkan dirinya kali ini,” pikir Abu Jahil dalam hati.
Akhirnya, Baginda menggiring mereka ke tengah alun-alun istana. Raja dan seluruh rakyat menunggu siapa yang akan menjadi pemenang dalam lomba berburu.
Terompet tanda mulai adu ketangkasan pun telah ditiup. Abu Jahil segera memacu kudanya secepat kilat menuju hutan belantara. Anehnya, Abu Nawas justru sebaliknya. Dia dengan santainya menaiki kudanya sehingga para penonton banyak yang berteriak.