Namun masalahnya, dari ribuan angkutan batu bara plat luar Jambi yang beroperasi itu, tidak seluruhnya tergabung ke dalam transportir. Ada juga milik pribadi yang merupakan masyarakat lokal di wilayah pertambangan tersebut.
BACA JUGA:Gubernur Jambi Al Haris Ajak Warga Jambi Hadiri Jalan Sehat Akbar Jambi Independent
BACA JUGA:Sigap, Polisi Tangkap Dua Pelaku Perampokan Gunakan Senjata Tajam, Ternyata Paman dan Ponakan
Mereka menolak bergabung ke transportir, agar tidak terikat membawa hasil tambah di satu tambang saja. Hal ini menurut Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jambi Ismed Wijaya cukup sulit ditertibkan. Selain itu, yang perlu dihindari juga adalah konflik di tengah masyarakat setempat.
"Ada di 9 tambang yang menggunakan DO lokal, tidak pakai transportir. Di daerah tersebut, transportir resmi tidak bisa masuk. Ini yang selanjutnya menjadi tugas kita untuk diselesaikan," tandasnya. *