JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja HarunbAl Rasyid tad malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri kelahirannya sendiri.
Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negerinya tercinta hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga-Abu Nawas.
“Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. Ia mengenakan jubah putih," kata Baginda Raja.
Lanjut Raja, dalam mimpi itu si lelaku tua berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bernama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini.
BACA JUGA:PetroChina International Jabung Ltd Gelar Sosialisasi Pencegahan Stunting di Tanjab Timur
BACA JUGA:Alhamdulillah, Kloter Terakhir Jamaah Haji Indonesia Asal Provinsi Jambi Tiba di Makkah
"Ia harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. Ia boleh kembali ke negerinya dengan syarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-Iompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain,” kata Baginda Raja kepada Abu Nawas.
Dengan bekal yang diperkirakan cukup, Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata.
Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meratapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang terlalu mendalam.
Sebaliknya Abu Nawas merasa bertambah yakin, bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menolong keluar dan kesulitan yang sedang melilit pikirannya.
BACA JUGA:Pencari Kerja Hati-hati, Iming-iming Gaji Tinggi Kerja di Luar Negeri Jadi Modus TPPO
BACA JUGA:Pencari Kerja Hati-hati, Iming-iming Gaji Tinggi Kerja di Luar Negeri Jadi Modus TPPO
“Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik dari pada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?” pikir Abu Nawas di dalam hati.
Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang. menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir Sulit untuk dibendung.
Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir.