Seiring perkembangan ilmu pangan, ditemukan bahwa laktosa dan protein whey dapat digunakan dalam formula bayi atau sebagai bahan baku untuk produksi glukosa dan galaktosa. Protein whey juga telah populer digunakan dalam nutrisi kinerja olahraga dan sebagai penguat sifat fungsional makanan, sehingga mengalami peningkatan permintaan yang signifikan, baik dalam bentuk produk isolat maupun konsentrat.
BACA JUGA:Deretan Shio yang Akan Mendapatkan Keuntungan Berlipat dalam Tahun Ini
BACA JUGA:7 Zodiak Perempuan yang Mudah Sayang dengan Orang Lain
Produk sampingan dari industri perikanan juga memberikan peluang besar untuk pengelolaan, dengan beberapa produk yang sudah dikenal dan banyak produk lain yang belum ditemukan. Gelatin yang berasal dari ikan dari kulit dan tulang ikan sisa dapat dihadirkan sebagai alternatif gelatin bagi beberapa kelompok agama, yang tidak menerima produk gelatin yang berasal dari sapi atau babi.
Cangkang kepiting, lobster, dan udang dapat diolah lebih lanjut untuk mengekstrak bahan fungsional. Kitin yang diekstraksi dari cangkang dapat diolah untuk menghasilkan kitosan, biopolimer yang sudah dikenal dengan potensi penggunaannya sebagai kemasan makanan.
Anda juga dapat mengekstrak karotenoid merah yang ada di cangkang, terutama astaksantin, yang kemudian dapat digunakan sebagai aditif makanan nutrisi dan teknologi. Aliran samping cair dari industri pengalengan ikan juga berpotensi sebagai sumber lipid bioaktif, seperti asam lemak omega-3 tak jenuh.
Selain limbah makanan, ada juga sumber-sumber bahan makanan lain yang seringkali tidak terduga. Sebagai contoh, meskipun kayu tidak dapat dianggap sebagai bagian dari industri makanan itu sendiri, ekstraksi emulsifier dari serbuk gergaji dapat menjadi contoh bagaimana limbah dari satu siklus industri dapat digunakan sebagai bahan baku untuk siklus industri lainnya dan pada akhirnya mengurangi jumlah material yang terbuang. Meskipun tunas bambu muda umumnya telah digunakan dalam berbagai masakan Asia, daun bambu yang lebih tua juga dapat berfungsi sebagai sumber antioksidan polifenolik, yang dapat digunakan untuk memperkaya makanan dengan senyawa bioaktif.
BACA JUGA:Ikuti Tips Ini agar Hari Tua Tidak Mengalami Kesulitan Keuangan
BACA JUGA:Tak Baik untuk Kesehatan, Hindari 7 Kebiasaan saat Bangun Tidur karena Bisa Merusak Hari Kamu
Implementasi economy circular dalam sistem pangan telah terbukti menawarkan solusi untuk mencapai keberlanjutan pangan global dengan meminimalkan kerugian dan pemborosan makanan, mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang efisien, dan mengurangi kerugian keanekaragaman hayati, dengan mempertahankan sumber daya dalam proses siklus, mengurangi permintaan untuk bahan mentah segar dalam produksi makanan.
Penggunaan sumber daya alam yang efisien untuk produksi makanan dalam ekonomi sirkular, pada gilirannya, membantu membangun kembali keanekaragaman hayati dengan mencegah konversi lebih lanjut dari habitat alami menjadi lahan pertanian.
Ekonomi sirkular memiliki cara pandang yang menarik baik dari segi ekonomi dan lingkungan tetapi penerapannya masih belum banyak di Indonesia. Untuk mengangkat ekonomi sirkular sebagai salah satu strategi ketahanan pangan perlu bentuk konkrit yang dilakukan.
Edukasi kepada publik, akses teknologi untuk industri, dan kebijakan pemerintah adalah upaya yang perlu dilakukan agar gagasan ekonomi sirkular dapat berjalan dengan maksimal. Edukasi penting untuk menciptakan kepedulian terhadap ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
BACA JUGA:Ada Saldo DANA Gratis Menunggu Anda, ikuti Langkah ini
BACA JUGA:Syarat untuk Dapatkan Pinjaman Tanpa Anggunan KUR BRI, bisa cair Hingga Rp 50 Juta
Perubahan model industri konvensional ke industri sirkular juga perlu bantuan akses teknologi yang mudah. Kebijakan pemerintah yang mendorong penerapan ekonomi sirkular juga menjadi jaminan bagi penerapan ekonomi sirkular untuk dijalankan.